Diberdayakan oleh Blogger.

Mestakung


posted by rahmatullah on

No comments


Diantara kita mungkin pernah mendengar kisah Nabi Muhammad SAW, pada saat melakukan perniagaan, menjual barang-barang yang dititipkan oleh Siti Khadijah. Ketika Beliau melakukan perdagangan ke wilayah syam dan lainnya biasanya Nabi Muhammad SAW didampingi oleh orang yang diminta Siti Khadijah untuk mengamati apa yang dilakukan Rasulullah. Sampai pada satu kisah pelayan yang mendamping Nabi Muhammad SAW bercerita kepada Siti Khadijah bahwa baru kali ini ia menemukan pedagang yang sangat jujur, tidak melakukan praktik riba dan disukai oleh seluruh pembelinya dimanapun, konon setiap barang yang didagangkannya selalu habis.  Biasanya setelah kita mendengar kisah kejujuran dalam berdagang, ada lanjutan kisah bahwa sang pelayan sering menyaksikan dan merasakan bagaimana disaat melakukan perjalanan dengan Nbi Muhammad SAW, sepertinya dilindungi awan yang berjalan dan pepohonan yang merunduk, oleh karena itu tidak pernah merasakan panasnya terik matahari.
Kisah diatas terakhir saya dengar ketika duduk di Sekolah Dasar Kelas 5, dimana guru Agama sering bercerita tentang nabi-nabi dan sahabat, begitu membekas cerita tersebut sampai saat ini saya masih ingat. Satu hal yang terus saya pikirkan sampai dengan saat ini adalah penggalan kisah kok kenapa Rasulullah setiap berjalan seperti dilindungi pohon dan awan.
Suatu Kali saya pernah membaca buku Mustahafa Bisri tentang adanya kiai yang selalu dikelilingi binatang, dimana disetiap beliau berada dimanapun tidak hanya manusia yang mengelililingi beliau, melainkan binatang pun seperti kucing, ayam selalu mengelilingi beliau, menciumi, mengibas-ngibaskan ekor dan berebut duduk di pangkuan beliau.
Saya juga sempat heran ketika dulu belajar beternak Ayam Bangkok dan bertani, setiap almarhum Bapak mengunjungi kandang yang berada di belakang rumah, ayam-ayam terlihat tenang, dan terlihat aura ramah mematuk-matuk tangan Bapak dalam patukan yang lembut menunjukkan ada kedekatan batin. Berbeda ketika saya yang datang ke kandang, kadang ayam-ayam lari tunggang langgang, kompak berpetok-petok seperti melihat hantu.  Begitu juga ketika Bapak menanam tanaman apapun, tanaman tersebut selalu tumbuh dan subur dan terkadang saya mendengar Bapak seperti berbicara sendiri dengan pohon yang akan ditanamnya “Tumbuh ya Hamba Allah, biar barokah, supaya buahnya menjadi rizki buat manusia”. Berbeda dengan saya,beberapa kali menanam pohon mangga dan jagung, tidak jarang sebulan berselang mati, sampai pada satu titik kapok gak mau mananam apa-apa lagi. Ketika saya bertanya pada ibu kenapa kok ayam sepertinya tenang kalau Bapak ke kandang dan tanaman selalu tumbuh subur kalau Bapak yang tanam, jawaban Ibu hanya pendek “Tangan Bapak dingin”, dan baru saat ini saya bisa memaknai makna tangan dingin padahal, itu adalah kata-kata ibu waktu saya SD.
Ketika berkerja di pedalaman kalimanatan, terkadang kita dihinggapi kejenuhan, ada diantara teman-teman mengalihkan dengan traveling, berolah raga, mengurus tanaman. Namun yang saya lakukan adalah mengurus anak kucing yang ditemukan teman di jalan saat pulang dari Desa menuju Mess. Saya coba rawat kucing belang kuning, hitam, abu-abu dengan penuh kasih sayang dan memperlakukannya seramah mungkin. Seorang teman pernah bertanya “Pak, Kok kucing ni kalau disimpan di pangkuan saya pasti kabur, tapi kalau di pangkuan Bapak pasti duduk atau tidur”, saya gak bisa menjawab apa-apa, dan heran memang kucing mengenal hukum kausal, kalau kita perlakukan baik maka dia berlakuk baik dan ketika kita perlakukan kasar dia akan kasar, bahkan nakal mencuri dan sebagainya, hal tersebut mungkin berlaku juga dengan binatang yang lain. Terkadang ketika saya pulang dari kantor ke kamar menemukan si kucing tersebut tidur di kasur kamar saya, entah kenapa jarang mau tidur di tempat lain pedahal jumlah kamar di mes lebih dari 10 kamar. Akhirnya semua teman di Mes menamai anak kucing perempuan tersebut dengan nama ‘Rahmawati’, supaya sepadan dengan nama saya ‘Rahmat’. Baru ini menemukan kucing dianugrahkan bernama indah.
Sikap kucing terhadap saya terkadang bisa dijadikan parameter kondisi hati, beberapa kali saya pulang dari kantor ke mes dalam kondisi pikiran kacau dan tidak tenang, kucing tersebut tidak mau mendekati, mungkin aura panas di batin membuat kucing pun takut. Pernah satu kali saat akan tidur anak kucing tersebut mengajak bermain menggigit-gigit ramah, lompat-lompat ke badan, namun saya acuhkan malah saya pukul, yang terjadi  kemudian kucing tersebut memilih menghindari tidur dibawah kasur, yang biasanya ia tidur di kasur yang sama. Anehnya saat tengah malam, saya merasa wajah saya basah, ternyata si kucing tersebut sedang menjilati wajah menunjukkan rasa sayang, dan ketika saya bangun kucing tersebut pura-pura tidur.
Sebetulnya dalam tulisan ini tidak berkisah tentang kucing atau binatang lain, tapi berupa tautan pikiran yang saya coba sambungkan satu persatu dengan sebuah kata yang saya temukan pada tulisan-tulisan Yohanes Surya yang sering menyebutkan istilah ‘Mestakung’, singkatan dari Semesta Mendukung. Ternyata hukum alam memang adil, siapa yang mengasihi, maka ia akan dikasihi, siapa yang berbuat baik, maka ia akan mendapatkan kebaikan. Wajar jika Rasulullah berjalan lalu seperti ada awan atau pohon menanungi, hal tersebut dikarenakan alam pun begitu sayang kepada Rasul karena Rasulpun sangat ramah dengan alam, begitu pula kenapa seorang kiai ketika berjalan dan duduk, kucing, ayam berebutan duduk dipangkuannya, dikarenakan kedinginan hati dan aura sayang kiai terasakan gelombangnya oleh binatang, sehingga merasakan kenyamanan. Mengapa ada diantara orang tua kita beternak atau menanam sesuatu selalu tumbuh dikarenakan mungkin beliau menanam dengan kelembutan hati. Dan pernah mungkin ada diantara kita mendengar kisah musibah tabrakan dan sebagainya, dimana ada bayi yang selamat, atau ada seseorang yang selamat, padahal semuanya diluar logika kita, hal tersebut mungkin sebagai bukti bahwa semesta mendukung dan melindungi supaya orang tersebut selamat.
Saya percaya dengan mestakung dan hukum kausalitas, jika kita berbuat baik, ikhlas dan berkasih sayang, maka alampun akan membalasnya demikian, terkadang kita merasakan mudahnya melakukan sebuah ikhtiar, bahkan terkaget-kaget “Lho Kok bisa!!!”, hal tersebut mungkin sebagai wujud doa dari alam terhadap kita karena kebaikan yang tidak kita sadari terhadap alam.

Leave a Reply

Sketsa