Diberdayakan oleh Blogger.

Menafsirkan Bahagia


posted by rahmatullah on

No comments


Bahagia adalah kata yang tersirat yang sulit disuratkan maknanya. Kadang kita meraba untuk mendapatkan  hakikat apa itu bahagia yang pada akhirnya tafsiran kita tentang bahagia belum tentu menjadi tafsiran orang lain mengenai bahagia.

Bangun pagi dan  bernafas di pagi hari menurut sebagian orang merupakan kebahagiaan, tapi menurut yang lain adalah sebuah rutinitas kehidupan semata. Bisa sarapan pagi bagi sebagian orang merupakan kebahagiaan yang luar biasa, tapi bagi yang lain, makan mewah setiap hari adalah sesuatu yang jamak, tidak lebih dari itu.

Lalu, jika kita bergelut pada multi tafsir kebahagiaan, yang ada adalah interpretasi yang sunatullah berbeda, namun suatu saat akan bertemu juga persepsinya. Yang mesti sekarang jua kita perhatikan dan persaksikan adalah bagaimana memaknai kebahagiaan apapun itu peristiwanya, apapun itu bentuknya, apapun itu tafsirnya. Karena bahagia adalah ruh, bahagia adalah nyawa, bahagia adalah kekuatan, sehingga menjadikan kebahagiaaan adalah singgasana kita, karena kita yang mengendalikan sepenuhnya kebahagiaan dan artinya.

Yakinlah tanpa menjadikan bahagia sebagai instrument kehidupan, maka laksana kita hidup tanpa nyawa, semua berlalu tanpa sedikitpun bekas, semua berlalu dengan bekas-bekas luka-luka duka, semua berlalu hampa-hampa makna, tak ada kata yang bernilai, tak ada sejarah yang berkenan akhirnya. Berbeda ketika kebahagiaan menjadi instrumen kehidupan kita, apapun yang terjadi akan dihargai sebagai makna, semua akan diartikan sebagai titian tinta sejarah.

Saatanya menafsirkan segala sesuatu menjadi kebahagiaan apapun itu bentuk, wujud dan peristiwanya. Bergegaslah bermertamorfosa, membaktikan diri pada makna, mewarnai pelangi dengan warna lain, yakni warna-warna bahagia, senang , sedih, baik , buruk, semua akan bermakna dengan tafsiran bahagia.***

Leave a Reply

Sketsa