Pada awalnya kucing ini diberi
nama Kucai, kami anggap nama yang lucu untuk seekor kucing laki-laki, berwarna belang
abu-abu, kebetulan saat itu saban sore diputar serial Laskar Pelangi di satu
stasiun TV. Namun nama itu kami ganti ketika di TV muncul berita mengenai
seorang anak kecil petrempuan, yang katanya bintang iklan yang kabur dari
rumahnya hingga Sorong, Papua dan kemudian hari menemukan ibu angkat, dimana si
anak kecil tersebut merasa nyaman, karena rupanya dari segi kemapanan, keluarga
yang ia anggap sebagai Ibu angkat lebih sesuaia harapannya. Dalam ukuran benak
seorang anak mungkin malu memiliki keluarga kurang mampu, rumah masih ngontrak,
ayahnya buruh kasur, yang tidak setara levelnya dengan sang anak yang merupakan
bintang iklan cilik.
Untuk sebuah trend dan kemiripan
peristiwa akhirnya nama Kucai kami ganti menjadi Ruvitaboy. Ruvitaboy sebenarnya kucing
tetangga, yang sedari kecil dibesarkan, dipelihara dan diberimakan. Namun entah
kenapa sejak kami menempati rumah titipan, Ruvitaboy rajin bertandang sekedar
di depan rumah, tidur di teras dan entah mengapa seperti melupakan keluarga yang
telah membesarkannya, ia jarang pulang.
Entah merasa nyaman, dan mungkin
merasa diberikan kasih sayang, Ruvitaboy merasa semakin betah tinggal di rumah
kami, walaupun sampai sekarang dia tidak pernah bilang orang tua angkat kepada
kami. Daya jelajahnya menjadi lebih luas, Ruvitaboy memiliki tempat khusus di
rumah, pojok kanan sofa panjang seolah menjadi milikinya, siapapun menduduki
tempat itu maka Ruvitaboy dengan pelan namun pasti mengusir dengan triknya,
seperti memberishkan bulu, dan ber anekalagak, ujung-ujungnya siapapun yang
menempati singgasananya akan terusir. Begitupula di pojok Mushala kecil kami,
dimana dua sajadah menjadi tempat favorit dia merebahkan diri, mengganggu kami
dikala shalat di rumah.
Satu kebiasaan baik Ruvitaboy,
jika ada istilah Primus atau Pria Mushala, maka istilah yang sama layak
diberikan pada Ruvitaboy. Kami sebut dia Kusmus atau Kucing Mushala. Sudah
menjadi kebiasaan, jika waktu magrib, isya atau subuh tiba, Ruvitaboy mengeong
dan meninggalkan sofanya mengikuti jejak langkah saya ke Mushala, jaraknya
lumayan sekitar 150 meter, Ruvitaboy mengikuti hingga selasar Mushala. Ia tidak
ikut shalat karena bisa jadi keajaiban dunia seekor kucing bisa shalat.
Ruvitaboy menunggu bermain sendiri atau tertidur di teras masjid, menunggu saya
hingga pulang kembali ke rumah. Begitu selanjutnya jika datang waktu shalat
isya dan subuh.
Bagaimanapun Ruvitaboy saya
anggap sebagai Kucing shaleh, dia jarang mejelajah meja makan ataupun menyeret
ikan di piring. Beberapa kali memang naik meja makan, namun jika diingatkan ia
akan paham jika kami tidak senang dengan sikapnya.
Ini ceritaku (tapi ini nyata
lho)…mana ceriatamu:)?