Seperti biasa jika tak ada
aktivitas akhir pekan, saya bersama istri mengunjungi orang tua ataupun mertua,
Kebetulan jadwal minggu ini menemui mertua di daerah Kreo-Ciledug. Sebagaimana
biasa dari Serang menuju Kreo membutuhkan 3 kali naik kendaraan umum, Bis Serang-cikokol,
Angkot cikokol-ciledug, dan Angkot Ciledug-Kreo.
Ketika menaiki Angkot BO2
Cikokol-Ciledug, saya dan istri sengaja memilih duduk di depan, persis di
samping Pak Supir. Tak banyak pikiran karena bagi saya naik angkot dimanapun
sama, yang penting sampe tujuan dengan selamat. Keheranan saya muncul ketika
dua orang Ibu turun dan memberikan ongkos sambil ‘ngeloyor’ pergi, dalam waktu
singkat sambil melihat uang ongkos Pak Supir memanggil si Ibu “Bu, uangnya
kelebihan”. Dua ibu yang sudah ngeloyor pergi pun kembali menghampiri, “Lebih
apanya Bang?”, Pak supir sambil memberikan kembalian Rp.500 rupiah, menjelaskan
“Kalo dekat ongkosnya Rp 700 Bu, tadi Ibu ngasi Rp.2000, ini kembaliannya
Rp.500”. Sambil tersenyum menggaruk kepala, Ibu tersebut menjawab “Makasi Bang”.
Pada awalnya saya kurang
memperhatikan perilaku Pak Supir, namun sepanjang perjalanan menuju Kreo,
kejadian tersebut berulang, Pak Supir memanggil penumpang-penumpang yang
ongkosnya kelebihan. Bagi saya dan istri yang kebetulan berada di samping Pak
Supir terheran-heran, betapa jujurnya supir ini. Karena kebiasaan supir
angkutan umum yang kita kenal adalah sebaliknya: menaikan ongkos diatas tarif
berlaku, tidak memberikan kembalian pada penumpang yang lupa, apalagi bagi
penumpang yang belum kenal wilayah, biasanya dimanfaatkan supir. Kekesalan kita
bertambah jika supir banyak ngetem.
Namun semua itu tak berlaku
ketika kami naik Angkot ini, selain amat jujur, juga sama sekali tidak ada
istilah ngetem. Setengah perjalanan
terlewati, tertarik bagi saya membuka obrolan dengan Pak Supir, sambil
berbasa-basi saya bertanya “ Syukur ya pak, BBM gak naik”?, beliau menjawab dengan
jawaban yang tidak saya duga “Bagi saya naik juga gak papa Pak”, saya bali
bertanya “Lho, memang kenapa pak?”. Pak Supir menjawab panjang “Masyarakat kita
ini suka pura-pura Pak, sebetulnya mampu, tapi pura-pura miskin, coba Bapak
perhatikan, kalau dulu satu keluarga punya motor satu, sekarang satu rumah
punya lebih dari satu moto, orang punya hp lebih dari satu. Tapi pas pembagian
BLT, BBM mau dinaikin semua minta jatah dan mendadak ngaku miskin”, tambah Pak
Supir “Kalau BBM naik memang kenapa? Orang kan tinggal menurunkan standar
hidupnya, klo gak kebeli bensin ya bisa naik angkutan umum, atau naik sepeda
angin, atau jalan kaki, kenapa harus pusing”.
Dalam keheranan kejujuran Pak
supir, sempat saya tanya “Bapak kok panggil penumpang yang kelebihan ongkosnya
?”. Sambil tertawa Supir tersebut menjawab ”Modal hidup saya Cuma satu pak,
Jujur… klo gak jujur siapa yang akan percaya saya. Kita gak bisa ngarepin
pemimpin, pemerintah atau siapapun supaya meneladani berbuat jujur, karena
sekarang langka. Saya juga yakin, walo gak ngetem pasti dapat penumpang, sudah
Allah atur jatah rizki seseorang. Saya gk ambil jatah kelebihan penumpang, tak
lantas membuat saya miskin kok Pak”.
Bagi saya sungguh luar biasa
bertemu dengan “Malaikat Kecil” dalam wujud supir angkot, seseorang yang
menegakkan kejujuran tanpa harus populer atau dikenal siapapun, sosok dengan
profesi yang mungkin tidak dianggap penting, namun tak tertandingi kebeningan
hatinya. Selayaknya kita bercermin.
Tak henti bersyukur Allah
pertemukan dengan sosok-sosok bersahaja yang mengajarkan kebaikan walaupun tidak
berpeci, perpakaian koko, bertitel haji, doktor, atau profesor yang mengajarkan
dalam kelas atau di dalam mesjid, melainkan hanya dalam mobil angkot. Terkadang
dalam titik jenuh menyaksikan rendahnya adab pemimpin, wakil rakat, dan
aparatur di negeri ini, optimisme justru
tumbuh ketika menyaksikan supir yang jujur, pemulung yang tetap menegakkan
shalat, pedagang yang tidak mengurangi timbangan, guru ngaji yang tulus
mengajari anak-anak kecil walau hanya diterangi temaram lampu minyak. Mereka
adalah malaikat-malaikat kecil yang mungkin sedang membuat jeda murka Tuhan.***
ijin copas OM
bener pak......bener.....
Mantabb gan...
ane juga pernah lihat sopir angkot kyak gini, angkot s14 Petukangan-Lebak Bulus....
Ternyata tidak semua tukang angkot brengsek. Semoga dibanyakin orang kayak gini.amin