Diberdayakan oleh Blogger.

Archive for 01/11/17 - 01/12/17

AIMAN DAN PAPARAN GADGET


posted by rahmatullah on

2 comments



Sabtu pekan lalu saya ajak Aiman ke Puskesmas untuk periksa gigi, tidak lagi sakit sebenarnya, hanya memang hawatir dengan kondisi  gigi geraham kanan kiri yang sudah berlubang, tambah gigi depan yang keropos kian menghitam. Sebenarnya Aiman tergolong rajin menggosok gigi, sama sekali tidak suka permen, itupun jarang makan coklat dan es krim. Kami sadari sebagai orang tua kurang apik menjaga kesehatan gigi Aiman atau memang ada faktor lain yang memicu parahnya kerusakan gigi, ada juga yang bilang kadar air di tempat kami yang terlampau asam.

Oia, tapi tulisan sebenarnya bukan tentang gigi Aiman (hehe gak penting kan), melainkan upaya kami merubah kebiasaan Aiman sebagai kertas putih yang belum terkotori tinta, buram, lecek, apalagi robek. Ini tentang ‘penyakit’ anak kekinian yaitu ‘gadget’. Anak mana yang tidak kenal, dekat, bahkan terpapar gadget, apalagi sepanjang waktu melihat lingkungan terdekatnya begitu intim dengan gadget. 

Dibilang hawatir, sayapun teramat takut jikalau Aiman terpapar, bahkan tak terlepas dari gadget, terlebih HP bagi saya dan istri bukan semata-mata terkait menyambungkan sesama manusia, juga terkait hal pekerjaan. Sejak awal saya menerangkan ke Aiman jikalau saya pegang HP artinya sedang bekerja, karena memang kebetulan saya tidak suka games, tidak menginstal permainan, hanya memasukan aplikasi berita, aplikasi pesan dan pendukung pekerjaan. Dan saat saya akan pegang HP saya akan bilang “Abi mau balas sms ya, abi mau balas WA, atau abi mau baca berita”. Dengan begitu tidak sedikitapun dalam benak aiman jika saya sedang nge-game di HP.

Namun bukan berarti Aiman sama sekali tidak menggunakan gadget. Saya terapkan jam khusus bagi Aiman boleh menggunakan Ipad mini, waktunya selepas shalat subuh dan ngaji, saya bebaskan Aiman menggunakan hingga jam 6 pagi, selapas itu berlanjut dengan aktivitas lain. Memang Ipad mini saya khususkan untuk Aiman, saya install aplikasi terkait permainan kecerdasan anak, boleh juga nonton Youtube yang settingnya sudah control orang tua. 

Alhamdulillah jika jam sudah menunjukkan pukul 6, ia memberikan Ipad ke saya atau menyimpannya diatas bufet. Jikalau lupa, tanpa sepengatahuannya saya matikan modem wifi (koneksi internet), paling Aiman bilang” Sudah jam 6, internetnya gangguan Abi”, sama sekali dia tidak tampak kecewa ataupun marah. Oia saat dia menggunakan Ipad saya ada disampingnya, sayapun menggunakan HP sekedar melihat WA ataupun membaca berita sambil minum kopi mendampingi Aiman minum susu. Rupanya saya menyadari kunci agar anak patuh, respek, menaati aturan yang ditetapkan orangtua adalah komitmen, pembiasaan, dan tauladan. Sehari-hari saya tidak meletakan HP ditempat khusus, dimanapun tergeletak Aiman tidak pernah berani menggunakan ataupun membuka-buka, karena sudah ter-frame jika HP Abi adalah pekerjaan Abi. Alhamdulillah itupun menular pada adiknya Aisyah (2 tahun), jikalau ia mendapati HP saya tergeletak, dia akan bawakan dan menyerahkan sambil bilang “Bi Hape”.

Saya dan istripun termasuk pernah mengalami, upaya termudah menenangkan anak adalah dengan smartphone, obat menunggu sesuatu biar anak gak bosen atau BT paling efektif ya dengan gadget. Beberapa kesempatan jika mau antar Aiman berobat, menunggu antrian, dan pekerjaan yang ada urusannnya dengan menunggu selalu bawa Ipad. Tujuannya apa, ya biar Aiman anteng, gak menganggu situasi lingkungan. Namun saya pikir jika begitu terus ‘tidak sehat’. Dari situ saya harus menyusun cara agar bisa dirubah kebiasaan dengan aktivitas lain. Akhirnya saya pacu Aiman tanpa paksaan sedikitpun dengan menyukai membaca buku dan menulis. Caranya, tidak ada kata lain selain suritauladan, saya selalu menunjukkan membaca buku saat dirumah, dan menyediakan buku-buku yang kiranya seusia Aiman bakal suka, dengan meminta buku bekas ke saudara yang lain. Nah rupanya itu sangat efektif sehingga kini buku adalah bagian dari Aiman. Berikutnya saya salami hal ihwal apa kesukaan Aiman, rupanya dia suka dunia mobil, maka saya carikan buku tentang mobil bahkan sengaja saya beli tabloid Otomotif, tujuannya biar dia semakin antusias membaca. Dampak positif lainnya adalah tanpa disadari diapun tertarik untuk menulis. Untuk mengapresiasi itu terkadang saya support Aiman dengan membawa kertas bekas yang belakangnya kosong untuk dia menggambar dan menulis apapun, membelikan white board, menyediakan buku tulis, dan dukungan lain agar dia menyenangi dunia membaca dan menulis. Maka tidak aneh jika pulpen pilot dua hari sudah habis, buku tulis seminggu sudah penuh. 

Walupun memang tidak saya pungkiri dalam situasi khusus, diluar subuh membolehkan Aiman menggunakan HP, misalnya saat terjebak macet, menunggu yang terlalu lama, itupun tetap disertai aturan main dengan membatasi waktu.

Alhamdulillah dengan pembiasaan diatas menginjak usia 5 tahun Aiman sudah lancar membaca huruf latin, lancar menulis dan tak lupa yang wajib dia lancar juga membaca Al-Quran. Semua tidak terjadi dengan tiba-tiba, tidak ujug-ujug, tapi sebuah proses menyelami, memprogram dan melakukannya dengan kebersamaan dan suasana riang.

Nah kembali ke paragraf awal, cerita tentang Aiman dibawa ke Puskesmas untuk berobat gigi. Sebetulnya saya sedang mengetes Aiman, apakah dia mau sambil menunggu antrian periksa dokter, untuk membawa buku tulis. Saya pancing “Aiman nantikan di Dokter lama, gimana kalau Aiman bawa buku tulis dan pulpen biar gak bosen”. Tanggapan Aiman “Iya Abi, Aiman mau sambil lanjutin gambar mobil sama bikin soal buat abi”, saya tanggapi lagi “ Oke, nanti abi tulis pertanyaan yang banyak terus Aiman jawab ya”. Memang tiga minggu ini Aiman lagi suka nulis tanya jawab soal apapun di buku tulisnya, gantian saya bikin pertanyaan dia jawab, Aiman bikin pertanyaan saya jawab.

Alhamdulillah saat di Puskesmas, ketika yang lain baik anak maupun orang tua mengalihkan waktu menunggu periksa beraktivitas dengan smartphone-nya, Aiman malah sibuk dengan buku tulisnya, walupun Aiman kikuk karena kok mata pengunjung pasien tertuju pada Aktivitas tulis menulis Aiman. Entahlah Aiman yang aneh atau zaman yang aneh hehe…. ***

Buku Pintar CSR


posted by rahmatullah on

4 comments



Buku Pintar CSR (Corporate Social Responsibility) ini hadir untuk memenuhi kebutuhan mulai dari mahasiswa, akademisi, aparatur pemerintah, para pemberdaya masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan khususnya pegawai perusahaan pengelola CSR yang menginginkan panduan/ acuan pengelolaan CSR yang ringkas namun lengkap, mudah dipahami dan implementatif. Buku ini merupakan pengembangan dari Buku Panduan Praktis Pengelolaan CSR ditulis Rahmatullah dan Trianita Kurniati, diterbitkan oleh Samudra Biru Tahun 2011, dimana sebagian bab dituliskan kembali dalam buku ini.
Saat ini CSR sudah menjadi bagian kebutuhan perusahaan dalam menjamin keberlanjutan bisnisnya. Terdapat dua indikator yang menunjukkan CSR telah menjadi unsur penting perusahaan. Pertama, pada perusahaan multinasional, nasional dan BUMN, CSR sudah menempati struktur organisasi baik level manager, hingga direktur yang bertanggungjawab kepada direksi maupun komisaris. Hal ini menunjukkan bahwa CSR bukan pelengkap/ tempelan pada divisi atau departemen yang baru dibentuk jika memperingati ulang tahun perusahaan maupun ketika ada kejadian luar biasa. Kedua, peraturan terkait CSR juga kian lengkap, diantaranya diatur dalam Peraturan Menteri BUMN, Undang-Undang Perusahaan Terbatas, Undang-Undang Penanaman Modal, Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi, Peraturan Pemerintah Tentang Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan, serta secara global dalam ISO 26000. Di era otonomi daerah beberapa Kabupaten/ Kota dan Provinsi menerbitkan Perda pengelolaan CSR. Kondisi tersebut, menjadi tantangan bagi perusahaan untuk menjalankan CSR lebih profesional.
Terdapat aneka referensi yang membahas CSR terutama mengenai sejarah, perkembangan, teori maupun praktik di negara maju. Namun demikian Buku-buku yang ada saat ini berbeda konteksnya dengan kondisi di Indonesia, selain juga masih terbatas dalam aplikasi. Buku ini didesain sederhana, ringkas dan aplikatif, membahas langsung praktik pengelolaan CSR, yang terbagi kedalam 8 bab, diantaranya: Bab I Definisi dan Ruang Lingkup CSR, Bab II Peraturan Terkait CSR, Bab III Klasifikasi dan Model Pengelolaan CSR, Bab IV Visi, Misi, Struktur Organisasi dan SDM Pengelola CSR. Bab V Standar Administrasi CSR, Bab VI Tahapan Pelaksanaan CSR, Bab VII Kemitraan CSR Dengan Pemangku Kepentingan, dan Bab VIII membahas tentang Social Return On Investment (SROI). Semoga ikhtiar melalui buku ini menjadi alternatif referensi pengelolaan CSR, agar keberlanjutan perusahaan dan kontribusi kebermanfaatan bagi masyarakat dan lingkungan dapat berjalan dengan baik. ***

MASA EMAS 'ANAK EMAS'


posted by rahmatullah on

No comments



Usianya kini menginjak 5 Tahun 4 bulan, dan saya ikuti betul detail perkembangannya. Kebetulan waktu saya dihabiskan dikantor seperti umumnya jam 07.30 sampai jam 16.00, 1 jam dalam sehari mengurusi ayam-ayam kampung yang kini sedang sakit, dan sisa waktu sepenuhnya untuk Aiman dan Aisyah. Kebetulan saya dan istri berbagi tugas dan peran mendampingi kedua anak, saya lebih banyak membersamai Aiman dan istri membersamai Aisyah yang kini usianya 2 Tahun 1 Bulan.
Alhamdulillah kami terbiasa bangun sebelum subuh, jika saya bangun Aiman pasti bangun, jika tidak mules dan berlama di kamar mandi saya berjamaah di mushala kampung, dan Aiman shalat subuh bersama ibunya, jika tidak terkejar kami jamaah di rumah. Setelah itu dilanjutkan mengajari mengaji, kebetulan sekarang Aiman sedang menekuni Juz Ama memasuki surat Al-Infithar. Sebenarnya Iqra-nya sudah sampai level 5, namun karena Nenek membelikan Juz Amma, akhirnya dia lahap Juz Amma. Walaupun sehari hanya sekali mengaji kalau gak habis magrib ya habis subuh, itupun tidak sampai 10 menit, namun progress Aiman begitu baik surat-surat pendek dia hafal, menyambung ayat sudah lancar, sebagian hukum tajwid sudah bisa, hanya urusan nafas yang masih tersengal-sengal hehe. 

Bicara hafalan ibarat Yamaha, dia selalu terdepan. Ketika usia menginjak 4 Tahun dia sudah hafal asmaul husna dengan 2 lirik lagu, bisa Ari Ginanjar ESQ atau hijjaz. Dan kini dia sudah hafal nama-nama nabi, sifat nabi dan nama malaikat, semua diluar kepala. Bagi saya ini sangatlah ajaib karena kami tidak pernah sedikitpun memaksakan Aiman untuk menghafal, tapi entah ada dorongan dari mana dia berkeinginan kuat menghafal hal-hal yang baik. Paling-paling kami hanya menstimulus, misalnya neneknya bilang “Aiman dah tau nama-nama nabi”? dari sana dia mencari, menanyakan ke neneknya untuk mendiktekan nama nabi lalu ia menuliskannya dalam buku tulis, kemudian saya atau istri bilang di Youtube juga ada. Kebetulan saya dan istri bersepakat membolehkan Aiman lihat youtube selepas shalat subuh hingga jam 6, itupun yang dia lihat video tentang aneka mobil, lagu-lagu yang dia cari seperti nama malaikat, nama nabi, alif dan sofia, upin ipin, Didi& Friends. Jadi tidak heran nama-nama nabi bisa dia hafal tidak lebih dari satu jam, karena dia menggunakan aneka fungsi mulai dari menuliskan, mendengar dan membaca teks di youtube, hingga menyanyikannya berulang kali.

Sama halnya dengan menulis dan membaca. Hingga kini Guru TK B Aiman terheran-heran mengenai kemampuan membaca dan menulis Aiman. Dia membaca tanpa sedikitpun mengeja, huruf sekecil apapun bisa dia baca dengan begitu cepatnya disaat teman sekelasnya baru mengeja a,i,u,e,o. Begitupun dengan menulis walaupun dengan huruf kapital, bisa sampai 5 kali Aiman membuatkan soal buat saya untuk dijawab, lalu bertukar saya membuat soal dan dia menjawab. Anak sekecil itu sudah bisa merangkai kalimat pertanyaan. Dan ajaibnya progress  membaca dan menulis Aiman sama sekali tidak ada paksaaan apalagi ancaman, dia yang malah punya rencana-rencana sendiri apa yang mau ia baca apa yang mau ia tulis. Makanya pulpen dan buku tulis bisa dia habiskan kurang dari seminggu dan kami harus siapkan cadangan. Tidak jarang kami mencari-cari keberadaan Aiman, rupanya ia sedang tekun menulis, membuat kamus alfabet bergambar, menggambar mobil ataupun memotong dan menempel kertas dalam senyap dikamar.

Type Aiman memang soliter, karena dia tidak memiliki teman di lingkungan rumah, teman mainnya hanyalah adiknya Aisyah, abi, umi dan neneknya. Jika kumpul dengan 15 sepupunya, diapun bermain dengan senangnya. Hanya memang kondisi keseharian yang senyap membuat Aiman cenderung tertutup jika bertemu dengan yang belum kenal, malu-malu, pasif  bahkan cenderung menghindar. Rasa aman dan nyaman memang jika ia bersama dengan orang-orang yang setiap hari hadir dengannya, ia belum berani keluar pagar rumah sendiri, atau bermain dengan orang lain jika tidak didamping orang terdekatnya.

Sebetulnya hal utama yang ingin disampaikan adalah ‘masa emas’, betapa besarnya potensi anak dalam rentang usia 3-7 tahun. Setiap anak adalah emas, dan emas yang kita punya ada masanya. Alhamdulillah sebagai pegawai negara rendahan, saya prioritaskan waktu untuk membersamai masa emas Aiman, tak perlu dipaksa, diancam, dimasukan ke sekolah khusus membaca, menulis, mengaji sebetulnya dengan stimulus yang membuat dia senang, nyaman dan percaya dia akan bisa mengeluarkan segala potensi yang ada dalam dirinya. Bahkan jika kita serius merencanakan, mempersiapkan kurikulum stimulus bermain sambil belajar, anak-anak kita kemampuan kecerdasannya bisa setara dengan negara maju. Hanya memang kendala kita adalah karena kesibukan yang amat sangat, mengharapkan segalanya pada instruman sekolah. Terkadang saya berpikir, sesungguhnya negara ini bisa maju, sejahtera dan damai jika sejatinya Madrasah dimulai dari rumah.***

Sketsa