Hampir semua orang tua ‘bermasalah’ dengan iklan imoo watch
phone di TV, gara-gara iklan yang terus menerus diputar ulang dengan kemasan menghipnosis
anak sepanjang liburan sekolah lalu, menyebabkan anak-anak ‘demo’ maksa
dibeliin jam tangan imoo. Saya dan istri sampai berdebat gara-gara rajukan
Aiman yang ‘menuntut’ dibelikan imoo agar sama seperti sahabatnya disekolah.
Istri mengerucut agar dibelikan dengan alasan sebagai hadiah prestasi aiman
dikelas terbaik, puasa ramadhan khatam, shalat 5 waktu tak putus, dan
sebagainya. Mungkin saya sebagai ayah ‘kejam’, saya tetap tolak dan saya sampaikan
ke istri, menyayangi bukan berarti dengan mudah mengabulkan apa yang anak
minta. Sekali kita kabulkan, akan menjadi alat bagi anak untuk terus menuntut,
tanpa pernah tau bagaimana kondisi bapak ibunya.
Saya bilang ke istri berikan waktu bagi saya untuk
berdiskusi dengan Aiman. Ternyata butuh waktu hampir seminggu untuk meluluhkan
Aiman, saban waktu ia bertanya bertubi-tubi kenapa Abi melarang, kenapa
temen-temen Aiman dibelikan, kenapa Abi tidak sayang, apa Abi gak punya uang ya,
dan aneka pertanyaan lainnya. Sungguh butuh seni, kesabaran dan jawaban-jawaban
yang satu frekuensi sehingga pada akhirnya Aiman bisa luluh dan menerima
penjelasan ayahnya.
Pada akhirnya senin pekan lalu Aiman menunjuk tempat jam
dikamar, ia bilang “Abi boleh gak jam ini Aiman pake”. Ia menunjuk jam Casio jarum
saya yang lawas, saya beli 4 tahun lalu dengan harga 200 ribu. Jam kesayangan
saya, dibeli dengan harga terjangkau, ringan, awet batre, anti air dan hingga
kini gak pernah ngadat, kebetulan juga Aiman sudah pandai membaca jam jarum.
Saya bilang “Jam ini boleh buat Aiman, Abi wariskan jam kesayangan, dipakai
wudu juga gak papa gak akan mati”. Ia bangga kesekolah pakai jam warisan
ayahnya, setiap ada yang bertanya, ia selalu bilang ini jam warisan abi, disaat
kawan-kawannya berdigital dengan imoo.
Akhirnya diskusi panjang selesai dengan win-win solution,
saya bersyukur Aiman bisa menerima penjelasan ayahnya, dan betul-betul butuh
kesabaran dan penjelasan yang satu frekuensi agar dia menerima. Saya yakin ini
pembelajaran penting, jika kali ini saya kalah besok lusa dia menuntut ayah
ibunya membeli sepatu merek tertentu, mainan Z, HP brand A, baju merek C, dan
aneka tuntutan komsumtif tanpa pernah memikirkan bagaimana kondisi ayah ibunya.
Terimakasih nak ***