Diberdayakan oleh Blogger.

Internet 1,5 Jam


posted by rahmatullah on

No comments

 


Internet (interconnected network) atau jaringan yang saling berhubungan merupakan sebuah kebutuhan haqiqi. Saat ini tidak ada satu urusan-pun yang luput kaitannya dengan makhluk ini, bisa nangis jungkir balik ketika kita berada dalam spot yang tidak terhubung dengan jaringan internet.

Internet memang anugerah terbesar dalam kehidupan dunia yang fana hehe... Urusan pekerjaan apa sih yang tidak selesai via internet? Melalui internet tinggal set sat set sekian detik selesai, mulai dari ngirim tugas sekolah, menyelesaikan pekerjaan, ngirim uang, bayar utang dan cicilan, belanja belanji, urusan perkonsultasian, urusan pembelajaran, urusan hiburan, segala jenis pertemuan dan semua urusan tuntas dengan adanya internet.

Namun ada satu persoalan berat gara-gara internet ini, yaitu candu. Kecanduan internet digambarkan sebagai gangguan kontrol impuls, yang tidak melibatkan penggunaan obat yang memabukkan dan sangat mirip dengan gangguan pengendalian diri. Beberapa bukti menunjukkan, susunan otak penderita kecanduan internet mirip dengan mereka yang menderita ketergantungan bahan kimia, seperti obat-obatan atau alkohol.

Tanda dan gejala gangguan kecanduan internet dapat muncul dalam manifestasi fisik dan emosional dikutip dari https://www.kompas.com/tren/read/2019/10/13/190500865/kecanduan-internet-kenali-gejala-dan-cara-mengatasinya?page=all. Beberapa gejala emosional gangguan kecanduan internet antara lain:

  • Depresi
  • Ketidakjujuran
  • Perasaan bersalah
  • Kegelisahan
  • Perasaan euforia saat menggunakan komputer
  • Ketidakmampuan untuk memprioritaskan atau menjaga jadwal
  • Mengisolasi diri
  • Lemah pertahanan diri
  • Menghindari pekerjaan
  • Agitasi Perubahan suasana hati
  • Takut Larut dalam kesendirian
  • Kebosanan dengan tugas rutin Sering menunda.

Sementara itu, gejala fisik gangguan kecanduan internet di antaranya:

  • Sakit punggung
  • Sindrom terpal carpal
  • Sakit kepala Insomnia
  • Nutrisi buruk (gagal makan atau makan berlebihan untuk menghindari komputer)
  • Kebersihan pribadi buruk (misal: tidak mandi untuk tetap online)
  • Sakit leher Mata kering dan
  • masalah penglihatan lainnya

Persoalan terbesar candu internet saat ini menghinggapi anak, tidak berarti bukan persoalan bagi pemuda dan orang tua, namun keterpaparan anak lebih berbahaya karena terkena sejak dini. Saya memiliki 3 anak, Aiman 10 Tahun, Aisyah 7 Tahun dan Almira 3 Tahun. Dan kita semua sepakat betapa senang sekali mereka dengan apa yang disuguhkan internet melalui aplikasi khususnya Youtube. Se-tantrum apapun  anak akan langsung diam, tersenyum bahkan terbahak seketika kita nyalakan youtube, bahkan tidak jarang emosi anak meledak-ledak jika ada gangguan jaringan internet.

Upaya kami sebagai orang tua, hanya mengatur dan mengendalikan. Jika Aiman dan Aisyah dengan usianya yang semakin bertambah, jauh lebih muda diberikan pemahaman dan diatur jika dibandingkan dengan Almira, yang masih tidak mau tahu.

Saya dan istri bersepakat tidak memasang jaringan internet kabel di rumah semacam indiehome, mungkin 10 Tahun sepanjang usia Aiman. Sampai dengan saat ini hanya mengandalkan internet melalui HP dengan segala ketidakstabilannya, walaupun untuk urusan pekerjaan memang kategori mendesak. Namun urusan kebaikan untuk anak adalah hal wajib untuk kami jaga.

Bukan berarti internet tabu bagi anak, namun dengan segala keterbatasan kami berupaya mengaturnya. Bagaimana pola pengaturannya:

  1. Hak akses internet anak kami berikan 1,5 jam dalam sehari via tethering HP saya atau istri, waktunya kami berikan 1 jam selepas shalat subuh dan  30 menit selepas shalat zuhur.
  2. Mereka menggunakan HP bekas saya dan istri, tidak ada anak yang kami berikan HP baru, kesemua HP menggunakan account email saya dan istri sehingga apa yang mereka akses, jejaknya dapat langsung terpantau.
  3. Memberikan kriteria apa yang boleh dan tidak boleh diakses. Beberapa kali Aiman saya tegur karena mengakses Youtube yang isi kontennya tidak sesuai umurnya.
  4. Khusus Aiman dikarenakan kebutuhan sekolah, kursus serta menambah kahzanah pengetahuan, dia diberikan akses tambahan internet seizin orang tua. Hehe gimana gak izin soalnya dia harus menyalakan tethering dari HP saya atau istri.

Saya sering dikomentari “Kuno Amat” dengan model pembatasan internet di rumah, ditambah nyaris tiap hari dapat protes Aiman “Hanya keluarga kita doang yang gak pake indiehome”, dan rupanya dia melakukan riset di sekolah, dengan menyanyakan satu persatu ke temen sekelasnya, lalu dia berkesimpulan “Abi, dalam sekelas, ternyata Aiman doang yang gak pake indiehome”.

Kerugian lain adalah biaya konsumsi pembelian kuota internet saya dan istri jika dikalkulasikan lebih mahal jika dibandingkan berlangganan menggunakan internet jaringan kabel 😁.

Seringkali saya dan istri nyaris berubah pikiran untuk berlangganan internet kabel, ditengah kebutuhan istri yang harus mengajar virtual. Tapi diakhir diskusi kami teringat, apa yang terjadi jika sepanjang hari anak mengakses internet tanpa batas, apalagi ditengah liburan sekolah dengan orang tua yang sibuk diluar rumah.

Tapi bagi kami ini adalah hal prinsip, biar anak bisa membedakan keinginan berinternet atau kebutuhan berinternet. Dan apa hasilnya? Saat Aiman berkunjung menginap di saudara yang berlangganan internet, malah dia yang gak betah menginap lama karena merasa gak ada batas mengakses internet, atau malah puyeng internetan terus, dan pada akhirnya terucap kalimat darinya bahwa pembatasan internet itu penting.

Bagiamana dengan Upaya lainnya?

Orang tua wajib menghadirkan aktivitas alternatif agar anak bisa beralih dari internet

  1. Bagi aiman dengan segala karakternya yang cocok adalah dengan membelikan atau meminjamkan buku sebanyak-banyaknya. Memberinya buku sketsa agar banyak menggambar, memberinya paint pad agar semakin nyaman menggambar di laptop.
  2. Bagi Aisyah dengan segala karakternya yang cocok adalah dengan menghadirkan teman sebayanya agar beraktivitas fisik, mengurus kucing, mengurus ikan, dan mengasuh adiknya almira.
  3. Bagi Almira yang Balita, koentjinya adalah pada pengasuhan ibunya👶.

Alhamdulillah model ini bertahan hingga tahun 2022, walaupun terdapat hal yang harus diadaptasikan karena mereka kerap membandingkan dengan lingkungan sebayanya, euforia Aiman dan Aisyah-pun terlihat berbinar saat menemui free wifi, dan sekarang mereka nego minta jatah waktu untuk games.

Kami yakin Bapak/ ibu sekalian punya metode yang lebih cocok dalam menangkal kecanduan internet pada anak. Tulisan ini sebagai sarana menemukan jalan keluar terhadap tantangan yang dihadapi bersama. Bagi yang memiliki best practice dalam mengatur anak memanfaatkan internet boleh berbagi dalam komentar.

Semoga bermanfaat, tetap semangat…

 

sumber foto: http://putatgede.desa.id/2018/cerita-asyik-pemanfaat-wifi-desa-yang-terjadwal/

Leave a Reply

Sketsa