Diberdayakan oleh Blogger.

Sedekah Dalam Kemasan Kreatif


posted by rahmatullah on

No comments


Seperti sudah menjadi langganan, jika saya pulang ke arah Serang dari Jakarta atau sebaliknya menggunkan bis Primajasa. Selain karena harga terjangkau juga lumayan nyaman (AC Ekonomi). Biasanya jika sudah naik bis tersebut dari terminal kampung Rambutan, saya langsung menghempaskan badan, meniatkan tidur untuk menghimpun energi dan bangun ketika bis sudah memasuki Kota serang. Oia sebaga catatan yang pasti tulisan ini sama sekali tidak bermaksud promosi perusahaan oto bis:).
Namun kali ini ada 'rasa' lain, ketika bis Primajasa yang saya tumpangi seperti berbeda (mungkin perasaan pribadi). Sebagaimana biasanya dalam bis, yang namanya jok pasti memiliki senderan, dan senderan penumpang di depan menghadap penumang yang ada di belakang. Tidak jarang senderan tersebut dimanfaatkan sebagai media beriklan. Jika kita biasa naik bis pasti hafal aneka ragam iklan berbalut kain pada senderan yang berpaspasan dengan mata kita, mulai dari minyak angin, obat batuk, salep, rokok, dan aneka produk komersil lain.
Saya tertegun ketika melihat senderan jok Primajasa yang nomor bodinya tidak saya catat, namun tertarik saya abadikan dengan kamera handphone. Kok ini lain dari yang lain, nampak tertulis sebagaimana gambar diatas "Sedekah Bahagiakan Semua", tertulis diatasnya PPPA Darul Quran dan Primajasa, dan di bagian paling bawah tertulis juga alamat lima nomor rekening.
Bagi pembaca yang lain, mungkin menilai tidak ada istimewanya iklan sedekah di Bis Primajasa. Tapi bagi saya yang mengamati dunia filantropi memaknai keunikan dari sisi lain. Terdapat beberapa alasan.
Pertama, pada dasarnya tidak ada keuntungan atau nilai komersial yang didapatkan otobis Primajasa dengan measang iklan sedekah PPPA Darul Quran, dibanding memasang iklan obat sakit kepala, namun manfaat vertikal-lah yang mungkin melatar belakangi mengapa oto bis Primajasa mau memasang iklan tersebut. Tentunya Pimpinan Primajasa memiliki filosofi tersendiri dengan makna dan hakikat sedekah. Sebagaimana beberpa tahun kebelakang saat Otobis Primajasa mencat sebagian bisnya dengan Iklan kampanye Amien Rais for President, mungkin diantara kita masih ada yang ingat.
Kedua, Iklan tersebut menunjukkan bentuk sedekah dalam kemasan kreatif, artinya tidak dalam menghimpun sedekah atau zakat tidak dengan merendahkan martabat sebagai seorang muslim yang identik meminta-minta mengenakan atribusi keislaman. Justru PPPA Darul Quran melakukan terobosan, ruang beriklan ada, fasilitas transfer ada, dan menilai bis sebagai sarana publik sangat potensial untuk menghimpun sedekah.
Ketiga, sebagai bentuk Da'wah yang santun. Bagi sebagian orang mungkin ketika melihat iklan tersebut akan tertautkan pikirannya “Apakah saya sudah membayar zakat mall", "Apakah sudah berbagi rizqi dengan yang lain", walaupunpun mungkin sedekah yang pada akhirnya kita tunaikan tidak ditujukan pada PPA Darul Quran namun, setidaknya menjadi 'pengingat' bagi kita untuk menunaikan kewajiban kita.
Keempat, disisi lain diluar iklan yang ada pada Oto Bis Primajasa, saya melihat PPPA Darul Quran fokus pada penghimpunan ZISWAF untuk Program Pembibitan Penghafal Al-Quran. Saat ini banyak lembaga Zakat yang sudah terdistorsi kehilangan fokus, selain menghimpun zakat juga habis-habisan mengejar dana CSR, dan berubah jadi konsultan CSR, menebar marketing zakat merangkap menghimpun dana CSR. Padahal ketentuan, akad dan peruntukannya jauh berbeda, tidak bisa dicampur adukan.
Semoga tulisan ini menjadi intermezzo bermakna, sejujurnya latar belakang tulisan ini karena rasa sedih ketika melihat sebagian masyarakat kita membuat setopan di jalan umum untuk menghimpun dana pembangunan masjid, tidak hanya saya temukan di Pulau Jawa, ketika di Kalimantan Selatan-pun kotak amal masjid sambung menyambung di pinggir jalan. Disisi lain, apakah kita rela jika Muslim identik disebut ‘peminta-minta’ dan mengganggu ketertiban umum. Hal lainnya, di Indonesia banyak lembaga zakat, bahkan terkesan melakukan kompetusi terselubung, laporan perolehan zakat dan mungkin dicampur dengan himpunan dana CSR bermilyar-milyar dan selalu hasil auditnya di publikasikan di berbagai media, diantaranya tersalurkan hingga nun jauh ke Palestina. Apakah dari nilai miliar tidak ada trickle down effect sekedar mampu mengalokasikan untuk membantu pembangunan masjid di pinggir jalan, atau minimal mendidik meningkatkan sumber daya peminta-minta zakat jalanan agar mereka lebih kreatif dan bermartabat.
Mohon maaf sekedar bergumam…


Leave a Reply

Sketsa