Diberdayakan oleh Blogger.

Panjang Maulud Dalam Bingkai Foto


posted by rahmatullah on

1 comment


Jika pembaca melalui jalur Kabupaten Pandeglang, Serang atau Cilegon, pada tanggal 14-16 Februari 2011 ini, jangan heran jika perjalanan terhambat dan berhadapan dengan kemacetan total. Bukan karena ada kecelakaan, pejabat lewat, atau bahkan kerusakan jalan. Melainkan ada ritual yang mungkin bernuansa spiritual tahunan yang diselenggarakan hampir seluruh lapisan masyarakat Banten, khususnya di tiga wilayah tadi dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, yang disebut dengan tradisi Panjang Maulid.
Jangan heran kemeriahan Panjang Maulud mengalahkan kemeriahan Idul Fitri maupun Idul Adha. Dalam Tradisi Panjang Maulud, terdapat nuansa kental pengorbanan, kebersamaan, dan kegembiraan. Disebut pengorbanan, karena hampir semua warga masyarakat meliburkan aktifitasnya barang sehari hingga dua hari guna mempersiapkan tradisi panjang maulud, bahkan tidak heran mereka yang berkemampuan ekonomi lemah, berupaya ikut merayakan Panjang Maualud dengan membuat makanan atau hantara istimewa. Kebersamaan, karena setiap rumah, kampung, hingga satu wilayah menyemarakan Tradisi ini dengan hantaran makanan, pengajian hingga makan bersama. Kegembiraan, karena ada atmosfir yang sama ramai-riuh mengarak aneka makanan yang dikemas kedalam aneka bentuk hiasan dan berupaya membuat semewah mungkin.
Panjang Maulud identik dengan menghias, mengemas, memberikan hadiah dan mengaraknya. Hadiah yang diperebutkan pun dibuat dengan berbagai macam bentuk yang disebut dengan istilah 'Panjang'. Ada yang berbentuk miniatur masjid -biasanya mengambil model Masjid Agung Banten Lama lengkap dengan menaranya- kapal laut, pesawat terbang, burung dan lain sebagainya.  Isi Panjang itu juga bisa bermacam-macam. Bisa berupa makanan, seperti telur ayam, atau bebek, daging ayam, ikan, dan lauk-pauk lainnya, tetapi bisa juga berupa pakaian, sajadah, sarung, kopiah, arloji, jam dinding, dan sebagainya. Di sela-sela makanan atau pakaian itu kadang-kadang terselip lembaran uang. Tidak diketahui secara pasti kapan tradisi ini muncul di Banten, yang jelas, tradisi panjang mulud ini dirayakan masyarakat Banten untuk memperingati hari kelahiran (Maulid) Nabi Muhammad SAW. Beberapa pendapat menyebutkan bahwa panjang mulud lahir pada masa Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1672). Ada juga yang berpendapat panjang mulud bermula pada pada masa sultan Banten kedua, Maulana Yusuf (1570-1580), namun tradisi Panjang Mulud yang mulai melibatkan masyarakat secara massal baru dimulai pada masa Sultan Ageng Tirtayasa. Akibat kaburnya jejak sejarah itu, warga setempat hanya mengatakan bahwa perayaan itu untuk melestarikan tradisi para pendahulu mereka.(http://www.bantenculturetourism.com/index.php?option=com_content&task=view&id=12672&Itemid=37).
Saat ini Panjang Maulud, sudah menjadi event tahunan yang secara resmi dijadikan sebagai Program pemerintahan di Banten, Khususnya Pemerintah Kota Serang. Pada tanggal 16 Februari 2011 ini Kota Serang mengemas Panjang Maulud sekaligus Lomba MTQ se-Kota Serang, dengan mengadakan parade kendaraan dan aneka hiasan yang diramaikan oleh masyarakat, instansi pemerintah, lembaga pendidikan. Dengan memulai parade sekitar 4 Km, dimulai dari Stadion Maulana Yusuf, hingga Kompleks Pemerintahan Kota Serang.
Namun demikian, sepertinya Panjang Maulud merupakan tradisi, sebuah fragmen ritual tahunan yang berisikan histeria masyarakat yang semakin berkurang nilai substansi spritual memaknai maulid sebagai upaya peneladanan Rasulullah SAW. Karena parameternya adalah riuh ramai, bukan pada upaya meneladani Rasulullah dalam aspek kesederhanaan, tawadhu, dan kerendahatian. Banyak makanan yang pada akhirnya Mubazir terbuang, memprihatinkan ketika melihat atmosfir masyarakat saling berebutan mengerubungi panjang yang berisi aneka makanan dan hadiah.
Semoga kedepan Panjang Maulud tidak sekedar memeriahkan sebuah tradisi, melainkan upaya mengikat makna akan peneledanan Rasulullah SAW, sehingga esensi tak hilang demi sebuah tradisi.



















Gebyar Panjang Maulud dalam bingkai foto ini, diabadikan dengan menggunakan Kamera Sony Alpha 230, lensa Thamron telemacro 70-300. Moga kedepan tak sekedar gebyar:).***

1 comment

Leave a Reply

Sketsa