posted by rahmatullah on Humaniora
“Kalau bisa, jangan dulu menikah
ya… untuk setahun pertama, gaji lebih baik diberikan pada Orang tua”. Itulah
wejangan pertamakali dari atasan, ketika saya diterima bekerja di kantor baru. Beliau mengira jika saya anak yang baru lulus
kuliah dan baru mendapatkan pekerjaan. Saya coba mendengarkan lanjutan nasihat
beliau yang intinya menceritakan bentuk penyesalan beliau karena sejak lulus
kuliah langsung menikah, terepotkan urusan rumah tangga, yang pada akhirnya
sampai orang tuanya meninggal merasa belum mampu memberikan kebahagiaan pada
orang tuanya.
Pada mulanya saya merasa kurang nyaman
dinasihati hal demikian, apalagi urusan menikah adalah hal pribadi, mengapa
nunggu setahun. Sayapun bekerja sudah berkali-kali pindah kantor dalam tiga
tahun terakahir. Namun setelah saya renungkan banyak benarnya apa yang beliau
sampaikan, ada alasan yang kuat menasihati saya agar jagan cepat-cepat menikah,
lebih baik membahagiakan orang tua dahulu daripada nantinya menyesal belum
banyak berbuat. Beliau ingin agar saya tidak seperti dirnya yang lebih banyak
merepotkan orang tua daripada membahagiakannya yang pada akhirnya tidak sempat.
Tidak ada orang tua manapun yang berharap
balasan kebaikan dari anaknya. Mereka mencintai anak-anaknya tanpa syarat.
Terkadang kita yang memang tidak perhatian pada mereka, kadang mengabaikan, dan
egois dengan keinginan.
Ketika kuliah ada beberapa teman
yang menikah muda, kuliah belum tuntas, dan belum memiliki pekerjaan yang jelas.
Memang niatnya amat baik ingin menjaga pergaulan, menghalalkan yang dilarang. Toh
untuk menebus keinginan menikah bagaimanapun harus merogoh uang orang tua,
tidak jarang kuliah putus ditengah jalan karena sudah punya beban tanggungan.
Padahal orang tua mengkuliahkan anaknya agar bisa mendapatkan gelar sarjana,
mimpi mereka sederhana ingin melihat anaknya wisuda.
Banyak juga yang lulus kuliah
langsung menikah, tidak ada yang salah dengan hal tersebut. Bagi seorang
laki-laki yang berperan menanggung ekonomi keluarga, sudah pasti uang hasil
bekerja diberikan kepada istrinya untuk membiayai keluarga, dan tidak jarang
terlupakan memberi orang tua sebagai bentuk kecil terimakasih pada mereka. Bagi
perempuan yang menikah memang sudah langsung menjadi tanggungan suami, hidup dan
tinggal dengan suami, dan tentunya sudah tidak ada waktu berbuat untuk orang
tua.
Kebahagiaan apa yang orang tua
dapatkan dari hasil kerja keras membesarkan anaknya? Kita terkadang lebih sayang
kepada orang lain yang sudah berubah status menjadi suami atau istri dan
melupakan mereka. Apakah pernah gaji pertama kita berikan pada ayah atau ibu
kita, atau mengistimewakan mereka dalam rekreasi dari gaji kita, memasak untuk
mereka, membantu membiayai adik, atau membantu membayar angsuran rumah yang orang
tua dan kita tempati.
Orang tua manapu memang tidak
pernah minta, tapi yakinlah mereka akan amat terharu ketika kita
memprioritskana mereka terlebih dahulu ketika pertama kali kita mendapatkan
rizki dari bekerja. Kebiasaan buruk seorang anak adalah tergesa-gesa menikah
walaupun belum berkemampuan rizki, uang pernikahan sebagian besar dari orang
tua, ketika menikah belum memiliki rizki tetap, pada akhirnya membebani kembali
orang tua untuk membiayai rumah tangga. Ketika memiliki anak lalu menitipkan
untuk diurus orang tua. Seorang anak memang tidak pernah jeda membebani orang
tua, walaupun sepenuhnya mereka ikhlas. Kapan orang tua bisa rileks bernafas
tanpa dibebani anak-anaknya? Jarang kita memikirkan mereka, karena kita memang
egois.
Selagi orang tua ada, jikapun
kita belum menikah maka maksimalkan membahagiakan dan memprioritskan mereka,
jikapun kita sudah berkeluarga jangan pernah melupakan mereka, kunjungi,
berikan apapun yang terbaik bagi mereka. Selagi ada, selagi bisa berbuat disaat
mereka masih bisa merasakan dan menyaksikan. Akan beda rasanya jika mereka
sudah tidak ada***
kalo begitu,jangan mau jadi orang tua, dan jangan pernah menikah, biar hidup menjadi bangkai yang hidup sendirian, dan mengumbar syahwat ke yg bukan muhrimnya, daripada membebani orang tua, lebih baik jadi penghuni neraka, bukan begitu maksud dari tulisan ini?? I totally dissagre with this opinion.
kalo Tuhan tlah mndatangkan jodoh bwt qt gmn donk?
apa hrs dtunda bwt menikah shga qt hrs mlewati masa brpcran yg lama?
bukannya it akn menambh dosa qt?
I 'dissagree'. . :)
I'm agree dengan pendapat ditulisan ini. maksd dari tulisan ini bukan berarti kita tidak boleh menikah atau menolak jodoh yang sudah ada.
maskd dari tulisan ini adalah kita sewajarnya mengingat bagaimana orangtua sudah berkorban untuk kita, menitipkan cita-citanya ke anaknya suapaya jadi orang yang sukses.
Memang benar adanya sebagai anak kdng terlampau egois, sekolah asal-asalan, kuliah tidak lulus-lulus, atau keburu nikah karena sudah cinta mati tapi secara ekonomi belum stabil...
selain itu andaikan sudah menikah jangan lupa dengan orangtua. berbakti kepada orangtua tidak ada salahnya
Terimakasih Mas Angkasa atas komentarnya, sudah membantu menjawab pertanyaan pada komentar sebelumnya, itu poin dari tulisan y saya buat:).
Banyak faktor yg mempengaruhi setiap individu, agama, kultur, budaya, strata ekonomi, hegemoni sosial dll.
Sehingga hal tersebut sangat mempengaruhi kualitas hidup orang tersebut. Pun cara pandang kita lebih cenderung ke arah mana .. ? Tidak lah salah kita menikah muda dan sangat baik sekali apabila kewajiban anak terhadap orangtua menjadi prioritas utama. dan bisa-bisa saja hal tersebut dijalankan keduanya, dan harus bisa. Perspektif kami terhadap kasus "si pimpinan" tersebut adalah, pada saat orangtuanya masih ada beliau terlalu "cuek" atau malah terkesan "masa bodoh". Sehingga pada saat beliau ditinggal pergi orangtuanya, dia merasa kehilangan. Perhatian orangtua tidak selalu pada materi semata, bentuk perhatian pun cukup menunjukkan bahwa kita peduli dan sayang kepada mereka.
Terkadang, orang kita selalu salah menilai sesuatu, malah terlalu mendiskreditkan "materi" dalam kehidupannya .... materi-materi-dan materi sebagai tolok ukur kebahagiaan.
So, sahabat, jika kita memutuskan menikah-menikahlah, tapi berjuanglah dalam pernikahan kita, sehingga pernikahan kita adalah pernikahan yang berkualitas. dan orang pun tidak memandang kita sebelah mata, apalagi sebagai anak-anak yang selalu merepotkan orangtuanya... Salam SUPER-MAN .... Semoga menjadi inspirasi untuk kita sama-sama lebih baik lagi
sebagai org tua, kami merasa senang melihat anak anak sudah pada menikah, saya tdk pernah berharap anak memberi apa apa kepada kami, kami merasa bahagia apabila melihat cucu cucu kami berbahagia, bercanda ria, sehat walafiat tiada kurang suatu apa
Mohon pendapat,bagaimana jika seorang anak lelaki sudah menikah dan memiliki 4 anak, tapi di setiap kebutuhan sering meminta pada ibu nya.padahal sang ayah juga telah tiada, kira2 nasehat apa yg bisa kami berikan? Terimakasih
Ijin share bapak rahmat 😊
saya setuju dengan tulisan ini.memang akan lebih baik jika telah bertemu jodohnya lalu menikah dan tetap bisa perhatian pada orangtua.tapi kadang untuk sebagian pasangan muda ini sulit,karn alebih disibukkan dengan urusan rumahtangga nya
mari berfikir,saat dikuliahkan orgtua,tujuan mereka agar hidup kita kelak tidak susah seperti mereka,agar hidup kita lebih baik.tidak ada salahnya jika kita stlh tamat kuliah dan bekerja dapat membahagiakan orgtua dari segi perhatian dan finansial.karna intinya,seberapapun uang yg kita beri,itu tidak akan pernah dapat membalas jasa orgtua kita.tapi setidaknya kita harus membahagiakannya selagi mereka ada.
jadi menurut saya,sebaiknya sebagai anak,kita tidak boleh mengedepankan ego kita.jika jodoh,tidak akan kemana.tapi berusahalah membahagiakan orgtua terlebih dahulu.bahkan jika telah menikah kelak,tetaplah bahagiakan mereka,perhatian kepada mereka.
terimakasih
yg komentar pertama 'kalo gitu jangan jadi orgtua'
hati-hati saudara,kelak anda akan menjadi orgtua,pikirkan bagaimana jika anak anda kelak seperti anda.
terimakasih
masyaAllah tulisan ini sangat membantu. Agar tetap mempertahankan diri menjadi anak berbakti kelak
meski sudah memiliki sarang sendiri ataupun belum
Mau nanya, gimana ya cara ngadepin kaka laki laki yng sudah berkeluarga tapi masih menyusahkan orang tua,kalo gapunya uang selalu minta orang tua dan itu bukan sekali dua kali tapi hampir 2 hari sekai minta padahal kondisi orang tua juga susah apalagi soal finansial,tapi anak gapernah mikir ga ada usaha buat nafkahin keluarganya sendiri,oh iya sekarang dia udah ga ga kerja,dan dulu pas masih kerja pun setiap gajian gapernah ngasih orang tua sekarang giliran susah ke orang tua terus tanpa mikir orang tua juga susah
terimakasih atas bantuan jawaban saudara/i phifin. Memang menikah maupun menjadi orang tua membutuhkan ilmu. Terkadang kita memandang menikah hanya serangkaian proses seremoni tanpa dibekali ilmu. Ilmu menjadi penting sebagai bekal dalam mengarungi rumah tangga.
Sikap anak yang senantiasa terus bergantung kepada orang tua, padahal sudah memiliki anak, mungkin dikarenakan sejak kecil hingga dewasa tidak diajarkan kemandirian dan kekuatan mental, sehingga lemah dalam menghadapi badai. Ditambah sebelum menikah belum memiliki ilmu dalam menghadapi ujian hidup maupun ilmu kecakapan hidup. Istri atau pasangan penting juga untuk menguatkan suami untuk tidak menerus membebani orang tua.
Semoga di bulan Ramadhan ini Allah mudahkan semua hajat, diringankan menghadapi persoalan dan dianugerahkan rizki yang berkah.