posted by rahmatullah on Humaniora
Saya masih terngiang isi khutbah
jumat Prof. Ibnu Hamad di Masjid UI dua bulan lalu, beliau membahas tentang “Pemimpin
Utama dan Anggota Utama”, sebagai deskripsi kepemimpinan profetik Rasulullah
SAW.
Salah satu yang menyebabkan kepemimpinan
Nabi Muhammad terus dikenang, diriwayatkan, bahkan menjadi pembahasan dalam
ribuan buku kepemimpinan dan puncaknya menduduki ranking 1 dalam 100 tokoh
dunia dalam Buku Michael H Hart “The
100: A Ranking of the Most Influential Persons in History”,
dikarenakan Nabi Muhammad mengimplementasikan konsep Pemimpin Utama sekaligus Anggota Utama.
Setiap apa yang Nabi Muhammad
kemukakan, perintahkan, dan anjurkan juga merupakan perintah dan anjuran untuk
dirinya. Setiap kata setiap kata senantiasa seiring dengan laku, sehingga apa
yang nabi Muhammad perintahkan dan anjurkan senantiasa diikuti dengan tulus
oleh pengikutnya Karena nabi Muhammad pun terikat oleh aturan yang sama. Ketika
Nabi Muhammad memerintahkan untuk shalat, beliau juga melakukan dan bahkan lebih
baik kualitas shalatnya dari ummatnya, bahkan dalam satu riwayat beliau shalat
hingga kakinya bengkak, walaupun beliau sudah mendapatkan jaminan Al-Masum dari
TuhanNya.
Ketika Nabi Muhammad
memerintahkan berperang, maka beliau ikut serta menjadi anggota pasukan perang,
dan berjuang habis-habisan di barisan terdepan. Dalam satu kesempatan Nabi
Muhammad mengalami luka yang cukup serius dan giginya patah.
Ketika nabi Muhammad
memerintahkan agar hidup tidak bermewah-mewahan, Nabi Muhamad tidur beralas
daun kurma, makan sebagaimana makan ummat pada umumnya, betul-betul menerapkan
gaya kepemimpinan empati, makan satu tampan dengan sahabatnya yang lain.
Pemimpin terbesar yang kebesarannya tidak diukur mahkota dan singgasana, karena
beliau tidak memilikinya.
Dalam kesemua aspek
kepemimpinannya setiap apa yang Rasulullah kemukakan, maka Ia-lah orang pertama
yang juga melakukan. Model inilah konsep kepemimpinan ideal, bahkan sampai saat
ini tidak ada yang mampu menandingi pola kepemimpinan humanis Rasulullah. Kepemimpinan
yang lahir bukan sematra-mata karena “Berpangkat Nabi”, namun merupakan
kepemimpinan sesungguhnya yang mendapatkan tempat di hati siapapun, tidak hanya
mereka yang berbeda agama dan juga suku bangsa mengakui keunggulan kepemimpinan
humanis Nabi Muhammad.
Adakah kepemimpinan model
Rasulullah saat ini yang mengikat dirinya sebagai pemimpin juga sebagai
anggota? Yang ada saat ini adalah pemimpin yang tidak selaras antara kata dan
laku, perintah yang hanya mengikat rakyatnya tapi tidak mengikat dirinya.
Pemimpin kini tidak memiliki wibawa natural, kecuali polesan pencitraan semu
yang penuh kedustaan.
Yang kini lahir adalah pemimpin antagonis,
berteriak memberantas korupsi malah dirinya, anggota keluarganya atau
organaisasi yang mengusungnya terlibat korupsi. Pemimpin yang mengkampanyekan hidup sederhana,
justru mereka yang pakaiannya paling perlente, kendaraannya berlusin jumlahnya.
Pemimpin yang selalu bicara pro rakyat, malah pakaiannya produk luar begeri,
belanjanya di super market nomor satu. Pemimpin yang selalu menuntut kejujuran, justru
adalah pemimpin yang paling tidak jujur termasuk dalam proses dirinya menjadi
pemimpin adalah buah dari kecurangannya.
Masyarakat membutuhkan
kepemimpinan model Rasulullah, yang menjadi pemimpin juga menjadi anggota.
Pemimpin tanpa basa-basi yang tentunya full suritauladan. Jangan pernah mencela
“wajar Nabi Muhammad berhasil karena beliau nabi”. Justru Nabi Muhamad
menerapkan kepemimpinan “manusia” bukan kepemimpinan “langit” sebagaimana
nabi-nabi sebelumnya. Hanya nabi Muhammad nabi yang miskin Mu’jizat dibanding
nabi-nabi lainnya, karena beliau adalah manusia biasa yang mengupayakan dirinya
menjadi manusia paripurna. Semoga segera lahir dan bertambah Pemimpin-pemimpin
utama yang Juga menjadi Anggota-anggota Utama.***