Keluhan tentang anak menjadi bahan
obrolan menarik di kantor, karena saya baru menjadi ayah hanya berusaha
menyimak dengan baik sekaligus banyak belajar. Ada seorang Ibu yang mengeluhkan
mahalnya biaya pendidikan anaknya di sekolah islam terpadu “Apa-apa uang, buat praktikum,
buat karya, dan lainnya, padahal biaya bulalan lumayan mahal….”, disisi lain
Ibu tersebut menimbang “Ya kalau disekolahkan di sekolah biasa, siang sudah
pulang, gak ada yang nemenin di rumah Kalau di sekolah terpadu jam pulangnya
sama dengan jam pulang kerja, bisa belajar mengaji dan gak usah bimbel lagi”.
Ada juga Ibu yang bercerita jika
biaya pendidikan anaknya harus ekstra “Paginya di sekolah terpadu sampe jam 4
sore, dilanjut 2 hari sekali ikut bimbingan belajar, dan 2 hari berikutnya ikut
les bahasa inggris”. Alasannya “Mendingan ngeluarin biaya ekstra buat
pendidikan anak, daripada pulang sekolah kelayapan, main gak jelas, bikin orang
tua pusing”
Ada juga ibu yang terisak
mengeluhkan anak gadisnya yang saat ini duduk di Kelas 2 SMP. Ibu itu
menceritakan tanpa sepengetahuan Sang Ibu, jika anaknya ikut-ikutan fans
girlband di facebook, menjadi panitia pertemuan fans di jakarta beserta
temen-temennya. Anak tersebut berbohong ijin keluar rumah untuk kerja kelompil,
rupanya pergi bersama teman-temannya ke jakarta untuk pertemuan fans girlband
tersebut. Rupanya sampai magrib belum pulang, ketika dicari ada SMS masuk jika
anak tersebut ada di satu mall di jakarta ketinggalan teman-temannya pulang ke
serang, karena sedang di kamar mandi. Lantas membuat panik keluarga ibu
tersebut, memikirkan keselamatan si anak tersebut di jakarta, dan
Alhamdulillahnya dengan segala upaya anak tersebut bisa pulang lagi ke serang.
Ada lagi cerita Ibu yang baru
melahirkan dan setelah habis cuti, menitipkan bayinya pada pengasuh di rumah. Beberapa
hari ibu tersebut heran, karena ketika pulang kantor si bayi selalu dalam
kondisi tertidur pulas dalam waktu yang
lama. Rupanya setelah diselidiki bayi tersebut diminumkan tablet CTM, sejenis
obat penenang/ tidur. Bayangkan karena tidak tahan dengan tangisan bayi,
seorang pengasuh tega memberikan CTM bagi bayi 3 bulan.
Cerita lain teman yang
mengisahkan sudah tidak terhitung
mengganti pengasuh anaknya di rumah, beberapa pengasuh kepergok mencuri
dompet, mencuri perhiasan, sampai ada yang kepergok membawa anaknya
keperempatan jalan, yang rupanya sindikat pencurian anak.
Tentunya diantara pembaca juga
memiliki pengalaman dan aneka kisah tentang anak-anaknya, atau kisah rekannya.
Sebagai ayah yang baru belajar, kisah diatas adalah pembelajaran luar biasa
untuk mengikat maknanya.
Anak-anak zaman kini ibarat barang
titipan orang tuanya. Pagi sampai saban sore dititipkan di sekolah terpadu,
sore sampai magrib dititpkan ke bimbel atau les bahasa. Hanya malam bertemu
orang tua itupun dalam kondisi orang tua dan anak yang sudah letih beraktifitas.
Ada bayi yang seharusnya
mendapatkan kasih sayang penuh, harus dititipkan pada pengasuh mulai pagi
hingga saban sore. Walaupun betul disediakan ASI ekslusif dalam botol-botol
kulkas, namun tetap dekapan ibu tergantikan dekapan pengasuh.
Terkadang batin saya menangis
ketika mendengar keluhan seorang ibu “Kurang apa kasih sayang buat anak, ingin
sekolah di mana diikutin, ingin bimbel dikabulin, ingin les dipenuhi, tapi kok
ngelunjak ama orang tua…kalau ada di rumah ngeselin bawaannya pengen marah
terus ama anak, untung saya kerja jadi gak sering ketemu anak”.
Entahlah, tidak bisa saya
bayangkan bagaimana nasib generasi bangsa ini 5 tahun kelak, generasi barang
titipan, generasi anak pengasuh yang kurang kasih sayang. Diantara kita mungkin
masih merasakan kasih sayang dan bentukan pendidikan karakter orang tua,
jikapun Ibu saya bekerja, beliau adalah guru yang hanya bekerja setengah hari,
dan sisa waktunya untuk anak.
Kelak akan lahir generasi
mekanis, generasi yang kehilangan masa kanak-kanak, generasi yang berprilaku
kasar. Coba bayangkan apa yang terjadi ketika waktu dominan anak dihasbiskan
oleh pengasuh yang latar pendidikannya terbatas, obrolan dan tontonannya hanya
gosip, pakaiannya mengikuti trend (kurang sopan), waktunya dihabiskan ngobrol dan sms, tentunya perilaku tersebut
direkam kuat oleh anak dan menjadi tuntunan. Setiap kita punya pengalaman buruk
mengenai perilaku dan akhlak pengasuh, tentunya tidak semua pengasuh.
Generasi apa yang lahir jika
waktunya dihabiskan di sekolah, di bimbel, di les ini itu, membawa beban tas
yang membuat bahunya bungkuk. Yang ada adalah generasi mekanis; generasi ini
memang pintar namun kasar, tidak memiliki sense atau kelembutan hati, egosi,
mencurahkan gundah hatinya pada teman atau media sosial. Bagi mereka orang tua
hanyalah pemuas kebutuhan materi mereka, bukan kasih sayang.
Seorang psikolog pernah bilang
bahwa kecendrungan koruptor saat ini berusia muda, bukan lagi mereka yang sudah
tua. Beliau mengidentikan dengan menyebut beberapa koruptor yang muncul di
pemberitaan televisi betapa mudanya usia mereka yang rata-rata dibawah 40 tahun.
Psikolog tersebut bilang bahwa mereka itu adalah orang-orang yang kehilangan
masa kanak-kanak, sehingga sikap kanak-kanaklah yang terbawa ketika mereka
dewasa. Bagaimana tidak, sikap dasar anak adalah ingin menguasai mainan
temannya, tidak pernah merasa cukup, selalu ingin mainan baru. Ingin pamer pada
temannya, jika ia memiliiki mainan baru. Hanya beda dimensi ketika dia dewasa,
ingin mengambil hak orang lain, selalu merasa tidak puas, ingin menguasai,
ingin pamer barang mewah.
Bayangkan betapa banyak generasi
tersebut hadir 5 tahun kedepan, karena generasi mekanis terus tumbuh di negeri
ini. Generasi-generasi yang ditipkan orang tuanya pada pengasuh, sekolah dan
tempat les. Generasi yang kering akhlak, tidak memiliki sensitifitas dan
kelembutan hati.
Sejujurnya sulit melawan zaman
ini, ketika tren perempuan bekerja, dan pengarus utamaan gender begitu luar
biasa. Bagaimana ketika saya harus memberi pemahaman istri agar menanggalkan
pekerjaan, bagaimana menghadapi realita istri harus berhenti bekerja walaupun
penghasilannya jauh lebih besar dibanding penghasilan saya. Namun rasa sayang
akan buah hati pada akhirnya istri sepakat untuk berhenti bekerja, menajdi pendidik
utama anak. Walaupun ujian tidak berhenti begitu saja, termasuk dari keluarga
dan rekan istri. Ada yang bilang uliah tinggi-tinggi di Universitas Indonesia buat
apa kalau pada akhirnya harus jadi ibu rumah tangga.
Saya berupaya menyemangati istri,
jika beliau adalah motivator utama anak, pembentuk akhlak anak, pendidikannya
di di UI bukan buat orang lain, bukan untuk tempat kerja, melainkan untuk
anaknya. Jangan sampai tinggi sekolah seorang istri yang merasakan adalah
tempat kerjanya, tapi tidak dirasakan pengaruhnya bagi anak.
Jujur saya terkaget-kaget membaca
buku Ayip Rosidi mengenai budaya orang Jepang. Rupanya dalam modernisasi
Jepang, kemutakhiran teknologi, kecerdasan penduduk, kedisiplinan dan
keteratuan, rupanya nilai tradisional tetap lestari. Di jepang tidak ada istilah wanita karir, jikapun ada
kecenderungannya wanita tersebut belum menikah. Di jepang ada semacam budaya secemerlang
apapun karirnya, jika ia menikah maka secara otomatis ia menanggalkan karirnya
dan secara tulus menjadi ibu rumah tangga.
Mengapa demikian, karena mereka
menyadari tugas ibu-lah menjaga rumah, memelihara dan membuat suami nyaman
dengan rumahnya. Mendidik, mengetahui tumbuh kembang anak, hingga kondisinya di
sekolah. Ibu-ibu di jepang proaktif mulai dari mengantarkan, mendampingi dan
kosneling mengenai perkmebangan hingga kesulitan anaknya di sekolah. Maka wajar
jika Jepang manghasilkan generasi anak yang cerdas, disiplin, jujur dan berbudi
pekerti, karena ibunyalah yang langsung mendidik anaknya. Maka tidak heran jika
ada yang menyebutkan jika nilai islam itu diterapkan di jepang bukan malah di
negara yang penduduknya Islam.
Entahlah dalam kemajuan bangsa
ini, dalam pengarusutamaan gender, dalam kebanggaan ibu-ibu yang sedang giat
bekerja, dalam kebahagiaan suami dan istri karena berkecukupannya harta karena
keduanya bekerja, terbersit kehawatiran akan generasi zaman, generasi mekanis,
genarasi yang tumbuh dan dibesarkan sekolah, tempat les dan pembantu. Entahlah apa
jadinya…***
-
Gambar dari: http://rinaldimunir.wordpress.com/2010/09/16/doa-anak-zaman-sekarang/
assalamualaikum.. kenalin kak,, kenalin..aku tia,, 23 y.o.. aku ga sengaja baca tlsn kakak.., aku mw cerita sedikit..ini msh terkait ttg #fulltimemom.
Wktu mama papa aku nikah, kondisi keuangan mereka bnr2 blm mapan, mama aku dokter gigi,pas abis lulus koas, mama nikah. Papa aku kerja kantoran biasa, dngn gaji minim. Wktu itu mereka msh tinggl sm oma opa aku, papa aku dibeliin mobil sama opa, pkokny wktu itu kondisi keuangan kluarg bnr2 m'hruskan mama aku krja. Pas aku umur 4 thn,adik aku lhr,kantor papa aku bangkrut dan papa aku di PHK, disini keadaan keuangan kluarg full bergantung sm mama aku, mama aku malah hrs tambah jam krja, pagi-sore di puskesmas, malem praktek di klinik,, smntr papa aku cm dpt penghsln dr bantu2 proyek org,, dan itu ga ttap. Pernah sebulan ga ada pnghsln smskali.
Krna mamaku kerja smpe malem, aku sama adik aku drmh,sekolah dianterin kadang pembantu,tante atau oma. Aku sm adik juga kadang2 dititipin di rmh tante.
Kejadian kyk gtu terus slama aku SD.wkt aku kls 5, mamaku dpt ksmptan buat lanjut S2 Spesialis. Disitu mama aku bnr2 sibuk bngd,kerja,kul dan ngurus rmh.. krna pnghasilan papaku blm bisa nutupin smw kbthn kluarga.
Mama lulus S2 spesialis pas aku SMA,, saat itu, papa alhamdulilah udh kerja kantor lg, dy krja buat bag. kegiatan operasional. Alhamdulilah biarpun ga bnyk ada penghsilan sedikit yg ttap,,wktu itu papa bisa ganti mobil, tp mobilnya 80% uang mama,atas nama mama.
Semakin kesini,pas aku kuliah..alhamdulilah perusahaan papa berkembang,, papa bisa sedikit2 dapet kliem prospektif dan skrng dy jd direktur operasional dan pnya kmilikan 52% saham kantornya.
Alhamdulilah krn papa udh bisa menuhin kbutuhan kluarga,, mama aku pengen skolah lagi. Thn 2011 mama ambil magister rmh skit di UI (tgl 28 kmrn alhmdulilah wisuda).
Skrng.. alhamdulilah kita bener2 cukup, aku udh kerja..mulai thn 2011an papa bisa setahun 2-3 x ajak kita liburan ke luar kota/ negri. Dan mama aku,, dy ngelanjutin ambisi dan impian nya yg belasan thn ketunda. Dy sering ikut seminar2 & pelatihan ke luar kota dan negri. Mama aku bisa wujud in ambisiny,,pake uang sndr ke thailand, hongkong, new zealand ..td pagi mama brangkat ke jepang buat pelatihan 1 minggu. Dan papa aku dukung dan ngijinin.
Yah,mungkin ini rejeki dr Allah buat mama aku yg dulu udh ikhlas dan sabar dampingin keluarga disaat papa aku ga pnya penghsilan.
Alhamdulilah aku sm adik aku ga jd anak yg rusak krn kurang perhatian mama dr kecil. Biarpun mama sibuk, malem2 mama ttep bantuin aku bikin PR..
Aku mw tanya..katanya,,"jd ibu rmh tangga itu pahalanya surga, ibu rmh tangga itu karir tertinggi seorang wanita" ..
Mnrt admin,apa dengan mamaku ga jd fulltimemom gtu dy ga dapet balasan surga? Apa dengan mama aku ngejar impiannya lanjut kuliah magister dan sering seminar ke luar negri,, itu mengurangin pahalanya sbg seorang ibu?
Kalau disini yg aku lyt.. mama aku ngajarin banyak hal,,
Gmna mnurut kakak? yg aku ceritain ini,, apa mamaku menentang syariah islam?
Makasi kak.. mohon sharing nya yah
Salam Hangat Tia
Terharu membaca kisah yang Tia tuliskan dalam komentar ...Berbahagialah jika tia dianugerahkan Ibu yang super. Apa yang terlewati merupakan pelajaran hidup yang bisa tia petik untuk kemudian hari.
Bagaimanapun dalam rumah tangga pasti ada ujian kadang diatas, kadang dibawah, juga aneka persoalan lain. Hamdulilah ujian yang dihadapi ayah dan ibu terlewati, tetap menjadi keluarga yang harmonis. Tetap menumbuhkan rasa respek anak terhadap orang tua.
Ibu berjuang sedemikian rupa demi stabilnya kondisi dapur, menutupi kekurangan yang ada dan tetap menghormati bapak walaupun dalam ujian keterbatasan penghasilan. Dan subhanallah ujian terlewati dengan sempurna saat ini penghasilan dan keudukan bapak Tia lebih baik dibanding sebelumnya. Berbahagia karena sukses melewati krisis.
Selama suami (bapak) ridha dengan apa yang dilakukan ibu dan bapak mengizinkan, dan apa yang dilakukan adalah kebaikan (masalah) hal tersebut tidak menentang syariat islam, malah mendapatkan kemuliaan. Toh ibu dalam segala keterbatasan tetap memberikan kasih sayangnya.
Apa yang dipesankan dalam agama adalah "secukupnya" dan menghindari "berlebihan". Terkadang ketika berada diatas, lupa kesulitan yang pernah dilalui. Saatnya Tia belajar mengingatkan jika ada hal yang berlebihan terjadi, nafsu mengejar sesuatu, apalagi yang sifatnya obsesif.
Semoga dengan segala pencapaian yang sudah didapatkan Ibu dimasa lalu, semakin terluang waktu untuk tia dan keluarga di masa kini.