Diberdayakan oleh Blogger.

Lebaran Aiman


posted by rahmatullah on

No comments



Persis genap dua tahun usia Aiman saat lebaran kali ini. Sungguh menakjubkan fase demi fase perkembangannya. Alhamdulillah usia 20 bulan sudah lancar berbicara, hafal 7 surat pendek Al-Quran plus ayat kursi, hafal beberapa doa harian, hafal lagu-lagu kenegaraan macam Garuda Pancasila, Halo-Halo Bandung, Dari Sabang Sampai Merauke, dll. Mulai bisa bertutur tentang satu peristiwa, membedakan waktu tadi, kemarin dan ‘abis ini’. 

Kenangan lebaran kemarin adalah saat saya berdebat dengan istri antara mengajak Aiman sholat Idul Fitri atau tidak. Pada mulanya saya berkeberatan dan meminta istri untuk bersama Aiman tinggal di rumah dan tidak mengikuti shalat Id dengan dasar kekhawatiran saya, bahwa shalat id harus terpenuhi rukun mulai dari shalat hingga khutbah, tentunya terbayang anak 2 tahun akan uring-uringan dan berpotensi mengganggu jamaah lain. Sedangkan istri dengan ‘keyakinannya’ bersikeras tetap ingin melangsungkan shalat id bersama Aiman dan meyakinkan saya bahwa Aiman anak yang mudah memahami pesan orang tua. Akhirnya kami sepakat mengajak Aiman shalat idul fitri, kebetulan kali ini kami berlebaran di Ciledug Tangerang, tempat orang tua istri dan melangsungkan shalat id di lapangan parkir Giant Kreo, beserta ribuan jamaah.  Sebelum dan sepanjang jalan menuju tempat shalat id sambil menggendong Aiman saya mengajaknya ngobrol dan memberikan pesan “Aiman ikut shalat sampe selesai ya di samping mamah, gak boleh lari-lari, gak boleh jalan di depan orang lain”, pesan tersebut berkali-kali saya ulang hingga berpisah lokasi sholat dengan istri.
Sungguh mengejutkan sembari saya intip-intip, rupanya Aiman duduk khidmat di samping ibunya ditengah ribuan jamaah sholat id. Saat tak terhitung jamaah lain terpancing berdiri lalu pulang dan meninggalkan khutbah id, Aiman masih tetap tekun duduk, dan hingga akhirnya khutbah selesai baru ia berdiri. Hanya memang saat khutbah ibunya bercerita Aiman bilang “Abis ini kita beli balon Angry bird ya Ma”.
Pemenangnya adalah Aiman dan Mamanya, keyakinan Mema-nya memang benar jika Aiman ‘bisa dipercaya’ dan memahami pesan. Bagi saya sebagai Bapak, merasa sungguh menakjubkan anak 2 tahun bisa khidmat shalat id hingga khutbah yang memakan waktu sekitar 1 jam, dengan hanya duduk di sajadah kecilnya.

Dialog
Memang dialog dan memberikan pemahaman adalah hal kunci dalam mendidik anak sedari dini. Banyak tetangga yang anaknya sebaya Aiman kaget mendengar tutur kata dan laku Aiman. Tutur katanya lembut dan mengayun, tidak menghentak/ membentak. Memang betul kata dan laku orang tua yang nampak atau disembunyikan akan membentuk laku dan kata anak.
Rutinitasnya adalah selalu tidur sebelum jam 21.00 dan terbangun sebelum adzan subuh, dan ikut abahnya shalat subuh di mushola disaat anak lain masih terlelap dalam damai. Oia sejak bayi memang kami selalu ‘ngajak’ Aiman ngobrol soal apapun tentunya topiknya tentang kebaikan, dan kebiasaan itu berlanjut hingga kini. Dan memberikan pesan dan menepati janji adalah penanaman nilai integritas yang ditanamkan sedari dini dan itu akan menjadi habitual anak. Saya dan ibunya selalu bilang ketika akan melakukan satu hal, misalnya “ Aiman, nanti siang kita ke Indoma*et, kita beli susu, es krim, dan beng-beng, kalo yang lain hanya boleh di pegang aja”. Ketika sampe ke Indoma*ret sebagaimana anak 2 tahun, ia langsung berlari-lari mengitari toko perbelanjaan, namun hebatnya Aiman pegang janji, ia hanya memegang produk-produk yang ada, dan hanya mengambil yang sudah disampaikan sebelumnya. Memang ia ingin mengambil produk lain apalagi yang bermotif mainan anak, namun saya paham bahasa tubuhnya ia akan melirik saya sambil memegang barang yang ia inginkan, namun kembali saya ingatkan “Aiman, kita gak beli itu, kan ke sini beli susu, Es krim dan beng-beng”. Alhamdulillah ia tidak histeris atau  menangis, sekalipun kecewa ia hanya minta digendong untuk mendamaikan hatinya.
Dalam segala urusan saya dan istri berupaya mengedepankan Dialog dengan Aiman dan memberikan alasan dalam meng-iyakan maupun men-tidakan. Dan berupaya keras menepati janji, misalnya saat akan pulang kantor saya berjanji membelikannya coklat, maka saya akan membelikannya coklat, dan juga memberikan kabar jika saya tidak membawa oleh-oleh saat pulang kantor.

Belajar Berpartisipasi
Sejak fase belajar berjalan, saya dan istri mulai menanamkan nilai tanggungjawwab dan partisipasi, seperti mulai menempatkan box khusus mainan, box khusus pakaian. Kami membiasakan sebelum Aiman beranjak tidur mengajaknya untuk membereskan mainan dan menempatkannya kedalam box bersama-sama, tentunya membereskan ala Aiman. Begitupula ketika Mamanya melipat baju Aiman, berupaya mengajaknya turut melipat, kembali dengan ala Aiman. Setidaknya untuk saat ini tanpa diperintah, ia akan datang dan turut membantu, urusan kerapihan itu nomor 13, yang terpenting turut serta adalah hal yang lebih penting. Samahalnya semangat membantu pekerjaan harian juga besar, jika saya menyapu atau memotong rumput, biasanya ia ambil alih atau meminta benda yang sama agar ia juga bias turut melakukan, walaupun untuk saat ini lebih berantakan daripada beres. Tapi kembali rasa untuk turut sudah mulai terasah.

Gadget
Memang salah satu tantangan mendidik anak masa kini adalah urusan gadget, bagaimanapun Aiman mencerna situasi lingkungan yang kian individual. Menghadapi hal tersebut saya punya perjanjian dengan istri, tidak boleh menggunakan hp dihadapan Aiman, jikapun urgent harus melakukannya diluar penglihatan Aiman. Jikapun saya menggunakan Ipad atau laptop selalu bilang jika Abahnya sedang bekerja, kebetulan saya tidak suka dengan games, sangat membantu mengajarkan kepada Aiman jika fungsi alat tersebut untuk bekerja. Tapi memang tidak sepenuhnya membatasi, beberapa film seperti Pocoyo, Dodo dan syamil, Marsha and Bear, lagu anak memang saya downloadkan tapi saat ia menonton selalu didamping agar ada narasi yang kami ajarkan, dan yang terpenting kami batasi waktu agar ia tidak keranjingan. Alhamdulillah jika sudah waktunya berhenti saya bilang “Ipad-nya matikan, batrenya mau habis, atau kita main keluar”, otomatis ia yang mematikan, atau jika kelihatan gesture keberatan, saya gendong dan alihkan ke aktivitas yang menuntutnya banyak bergerak.

Tauladan
Tentunya banyak laku dan kata Aiman yang tak bisa tercatat, bagi saya mencatatkannya sebagian disini sebagai sarana pengingat, sebagai lecutan motivasi menjadi suritauladan bagi anak. Saya sadar bahwa tantangan dan tuntutan zamannya jauh lebih berat dibanding zaman Abahnya. Apalagi yang terberat adalah terkait akhlak atau perilaku, banyak orang pandai, orang kaya namun tak berdampak bagi lingkungannya, malah keberadaannya sebagai beban. Sengaja diujungnamanya saya titipkan nama”Dhiaurrahman”, agar sifat pengasih dan penyayang tetap melekat saat apapun zaman melekat pada dirinya. Satu wasiat Kakeknya yang saya turunkan adalah tentang ajaran kebersahajaan dan prihatin, agar kepekaan hati tetap terjaga “Jika kamu terbiasa hidup susah, lalu menerima kesukaran, maka kamu akan biasa. Jika kamu terbiasa hidup susah lalu menemukan kesenangan, maka kamu akan bersyukur. Sedangkan jika kamu terbiasa hidup mudah lalu menghadapai kesukaran, belum tentu kamu siap”.

Leave a Reply

Sketsa