Tulisan ini sebetulnya konsep
untuk artikel Koran, namun masih belum dilengkapi data. Saya coba paparkan
idenya dahulu.
Terlepas dari perdebatan kusir terkait
terpilihnya Jokowi sebagai Presiden Indonesia, suka tidak suka, mau tidak mau
wajib kita akui bahwa beliau adalah presiden kita, yang harus kita jaga
marwahnya sebagai warga negara yang baik.
Saya mencoba fair mengakui kemenangan dan kekalahan dalam suatu kompetisi,
apalagi kelembagaan yang berwenang atas kontrol dan etik juga berjalan,
terlepas kita suka atau tidak suka hasilnya. Orisinal atau tidak saya gembira
dengan ide Jokowi untuk menjaga kedaulatan pangan dan maritim. Baik pangan
maupun maritim adalah hal mendesak untuk kita kembangkan dan jaga
kedaulatannya. Sesungguhnya memang terlambat jika urusan kedaulatan pangan dan
maritim baru akan dikejar dalam pemerintahan Jokowi 5 (lima) tahun kedepan.
Mungkin saya lupa, sepertinya penguatan pangan dan maritim ada dalam dokumen
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) yang penjabarannya tidak muncul dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 10 (sepuluh) tahun era pemerintahan
SBY.
Merujuk pada kajian kemajuan
suatu negara, bahwa kelak bangsa yang paling maju dimasa mendatang adalah yang
menguasai teknologi dan pangan. Indonesia sudah memenuhi persyaratan kedua
yakni memiliki potensi pangan, walaupun kini dan beberapa waktu kebelakang kita
mengabaikan dan membuang potensi yang ada dengan menganggap indutri adalah
segalanya. Diluar itu kita tidak memiliki syarat menjadi bangsa yang bisa
menguasai teknologi, kecuali sebagai perakit ulung, bukan pencipta apalagi
pemilik paten.
Sesungguhnya kita memiliki segalanya
untuk menjadi bangsa besar karena memiliki tradisi agraris dan maritim yang
mendarah daging. Luas daratan dan lautan begitu membanggakan, namun sejenak
kita terlupa mengejar nafsu menjadi negara industri, disaat yang sama negara industri
maju justru berpaling merintis menjadi negara agraris karena sadar akan potensi
di masa mendatang.
Mengapa menguasai pangan dan maritim
begitu penting? Pangan adalah sumber makanan penentu kelanjutan kehidupan. Tidak akan ada keberlanjutan kehidupan tanpa
ada pangan, begitupun hasil maritim menjadi salah satu sumber makanan dibalik
sumber daya alam lain yang melingkupinya. Namun kemudian yang menjadi
permasalahan, dibalik luasnya daratan Indonesia, justru semakin terhimpitnya
lahan-lahan sumber pangan akibat perubahan peruntukan menjadi kawasan industri,
pemukiman, pertambangan, akibat tidak adanya proteksi terhadap alih fungsi
lahan sumber pangan.
Begituhalnya dengan maritim, ada
penambahan luas daratan melalui reklamasi, penambangan pasir dan sumber daya
alam lain maupun bencana abrasi yang tentunya merubah ekologi, yang berdampak
pada kian berkurangnya hasil tangkapan laut. Disisi lain kelemahan infrastruktur
pengawasan kawasan lautan, berdampak pada perampokan hasil laut oleh bangsa
lain, sehingga potensi maritim yang ada tidak optimal, seringkali malah
dimanfaatkan bangsa lain. Begituhalnya poros maritim Indonesia tidak
dimanfaatkan, karena pemerintah lebih memprioritaskan mobilitas darat dan udara,
padahal laut Indonesia menjadi lintasan strategis dunia yang menyambungkan
antar samudra dan benua.
Aspek vital lain adalah terkait
sumber daya manusia penentu keberhasilan pangan dan maritim. Sudah kita ketahui
bersama jika petani dan nelayan adalah dua profesi identik dengan kemiskinan. Dari
zaman dulu petani dan nelayan tidak pernah naik kelas menjadi kelas menengah
atau kaya. Dampaknya banyak generasi muda yang atas dasar harapan merubah nasib
dan gengsi enggan menajdi petani dan nelayan, lebih memilih bekerja pada sektor
industri dan jasa, akibat gengsi jika melanjutkan profesi orantuanya sebagai
petani dan nelayan. Apa yang akan terjadi jika generasi muda enggan dan bahkan
menanggalkan profesi petani dan nelayan. Bagaimanapun generasi petani dan
nelayan yang telah berumur harus diganti oleh generasi yang lebih muda yang
lebih segar dan kreatif. Jika sudah tidak ada yang mengolah sumber makanan
sudah akan pasti kita mengimpor sumber makanan. Sudah bisa kita rasakan saat
ini, saat beras dan ikan yang ada dipasaran dengan aneka kualitas berasal dari Vietnam,
india, Filipina, thailan .
Dalam hal ini pemerintahan
mendatang wajib merubah mind set anak muda jika menjadi petani dan nelayan
merupakan pekerjaan yang menjanjikan dimasa mendatang. Hal tersebut bisa
diperkuat dengan penyelenggaraan sekolah pertanian dan kelautan disegala
tingkatan, disamping memberikan rangsangaan dengan memberikan penghargaan bagi inovator-inovator
pangan dan maritim.
Sesungguhnya kedaulatan pangan
bisa dimulai dari pekarangan rumah dan bibir pantai. Kenapa tidak kita Tanami kembali
pekarangan dengan aneka tanaman pangan, agar bisa menekan komsumtifitas, tidak
perlu semua dibeli jika sudah tersedia di pekarangan kita dan tak perlu hawatir
terjadi kelangkaan pangan, karena setiap rumah memiliki cadangan. Begitupun
menjaga pesisir pantai dari kerusakan sebenarnya merupakan tahap awal dari
upaya menjaga ekologi lautan agar jumlah tangkapan ikan tetap terjaga kualitas
dan kuantitasnya.
Tahap berikutnya disaat pangan
tercukupi, adalah dengan melakukan diversifikasi produk pangan dan meningkatkan
kualitas pangan, menjadi pangan yang disamping layak juga sehat. Tahap akhir
adalah melakukan proteksi pangan, terhdap produk pangan khas dan unggulan, juga
terhdap upaya pihak tertentu yang ingin mengalihfungsikan lahan pertanian dan
lautan menjadi kawan industri, pembuangan limbah, pemukiman, maupun
pertambangan yang sudah pasti merampas harapan masa depan kehidupan. Toh
logikanya sangat sederhana, semaju-majunya suatru bangsa yang dimakan tetaplah
pangan.