Bulan Juli nanti jika Allah
berkehendak usianya akan menginjak 4 (empat) Tahun. Bagi saya kehadiran Aiman
di muka bumi adalah bentuk kesyukuran akan ke-Maha besaran salah satu ciptaan
Allah. Segala polah lakunya penuh dengan keindahan, dan jika seharipun
terlewati masa perkembangannya terkadang saya yang larut bersedih, makanya nyambung dengan tulisan sebelumnya jika
saya malas ditugaskan ke luar kota karena harus meninggalkan keluarga kecil.
Benar sekali jika ada yang bilang
jika masa 5 (lima) tahun ke bawah sebagai Golden
Age, fase perkembangan emas, pertumbuhan luar biasa yang tidak akan
terulang. Dan penentu golden age itu tergantung
pada siapa ia dekat atau dititipkan, jika pembantu maka ia akan meng-copy
perilaku pembantu atau neneknya atau kita sebagai orang uanya. Oleh karena itu
sejak istri mengandung Aiman, saya putuskan agar ia berhenti bekerja supaya sepenuh
waktu dan hati tertuju pada Aiman,
supaya kelak diwaktu ia dewasa kami tidak
menyesal. Karena katanya kematangan anak dikala umur dewasa ditentukan oleh
fase golden age, apakah dia akan
dewasa seutuhnya atau umur dewasa/ tua namun bersifat kanak-kanak. Akibat
terlewati atau tidak dimanfaatkannya masa keemasan.
Menarik untuk mengeksplorasi
Aiman. Alhamdulillah segala hal yang dibolehkan dan tidak dibolehkan baginya
harus dengan argumentasi yang bisa ia terima, baru ia akan melakukan atau tidak
melakukan. Ia akan menanyakan sekritis dan sedetail mungkin mengapa ini begini
dan begitu. Tanpa dipaksa Sholatnya kini tidak pernah putus dan mulai tumaninah walaupun bacaannya apal cangkem, dari bayi memang ia selalu bangun subuh dan
tidak ada kesulitan apapun memintanya langsung shalat subuh selepas bangun. Dan
hal yang istimewa semangat belajar Iqra selepas magrib senantiasa menggebu. Hal
yang menarik Ia selalu menjaga perjanjian yang kami buat sebelum ke suatu
tempat, misalnya jika ikut ke Indoma*ret ia hanya akan mengambil barang yang sudah
diniatkan dibeli, tidak memaksa untuk membeli yang lain walaupun ia sangat
ingin. Alhamdulillah kemanapun kami ajak pergi tidak pernah ada tragedi
menangis, meronta atau demonstrasi memaksa menginginkan sesuatu.
Hal yang kini sedang kami warnai adalah
nilai-nilai perilaku karena kelak menjadi cerminan hidup seseorang. Jika ada
lampu yang tidak dipakai menyala ia akan langsung mematikan tanpa disuruh,
gelas bekas ia minum susu langsung ia bawa ke tempat cuci piring,handuk bekas mandi
ia simpan pada tempat jemuran, sarung bekas shalat dia simpan pada tempatnya,sebelum
tidur ia bereskan mainan, dan segala hal menyangkut keteraturan dan rasa
tanggungjawab. Terkait kelembutan hati saya ajak Aiman untuk turut memelihara
ikan dan ayam, dari situ ia belajar kasih sayang dan kepekaan pada makhluk yang
lain.Alhamdulillah semua hal tadi Aiman lakukan penuh kesadaran karena awalnya
tidak lepas dari contoh dilanjutkan dilakukan bersama-sama. Hal yang belum
boleh dituntut melainkan dituntun adalah kerapihan, karena untuk umur 4 Tahun,
tergerak untuk bertanggungjawab sudah prestasi dihati Abahnya.
Kenapa pembiasaan-pembiasaan
diatas saya anggap sangat penting, karena akan menjadi perilaku kelak ketika ia
beranjak dewasa. Sungguh kita muak melihat perilaku anak muda bahkan orang tua
yang umurnya tua namun kelakukannya kekanak-kanakan jauh dari tertib, buang sampah
semaunya, ugal-ugalan di jalan raya, melanggar aturan dianggap lumrah, tidak
mau antri dan jauh dari disiplin, kepandaiannya hanya mengomel.
Bagi saya sebagai orang tua,
kewajiban terbasar adalah membekali iman, ilmu dan akhlak. Iman adalah terkait
kemutlakan keyakinan, ilmu terkait bekal hidup, dan akhlak terkait warna
sepanjang hidupnya. Tidak ada hal lain yang orang tua pertanggungjawaban selain
ketiga hal tadi, dan bungkus akan semuanya adalah akhlak agar nampak keindahan.
Jika iman saja maka ia cenderung fanatisme dan menghakimi, jika ilmu saja ia
akan pongah dan menyalahgunakannya hingga korupsi. Dan akhlaklah yang menjadi pembentuk
bagaimana ia bersikap.
Semoga saya bisa menjadi orang
tua yang amanah.***