Jika melihat foto diatas, teringat perjuangan 7 (tujuh)
tahun lalu mengelola program tangungjawab sosial perusahaan/ CSR pada satu
perusahaan PMA Kelapa sawit di pedalaman Kalimantan Selatan, tepatnya di
Kabupaten Tanah Bumbu, Kecamatan Kusan Hulu, Desa Mangkalapi.
Foto ini saya dapat saat melakukan tahapan awal yang paling
krusial yakni kajian kebutuhan, lebih populernya disebut assessment sebagai
dasar dalam menentukan program/ kegiatan CSR perusahaan. Persisnya foto tersebut
saya ambil saat pamit pulang setelah berkunjung ngobrol dengan keluarga tersebut. Ah sangat sedih jika menceritakan
isi rumah dan bagaimana kondisi keluarga, saking sedihnya sengaja saya abadikan
alami tanpa mengatur objek foto denan HP sony erikson lawas. Walaupun
kemiskinan di kampung insyAllah lebih ringan daripada miskin di Kota, mereka
masih bisa nyari ikan di sungai dan
mencari sumber makanan di kebun atau hutan. Namun entah dengan semakin
berkembangnya laju perluasan perkebunan sawit apakah rumah keluarga ini masih
ada, jikapun ada apakah juga nasibnya menjadi lebih sejahtera sebagai dampak
manfaat adanya perkebunan sawit.
Saya memang tidak khatam mengelola CSR di perusahaan
tersebut, kalau tidak salah kurang dua tahun karena panggilan lanjut sekolah.
Hanya memori ini masih kuat jika bekerja
pada saat itu fase kritis dan menentukan yakni land development. Kalau mereka yang bekerja di dunia CD/ CSR bilang
tahapan terberat mengelola hubungan perusahaan dengan masyarakat adalah pada
fase land development, karena kantor dan
tempat tinggal masih numpang dengan warga, belum mulai produksi, masih
membebaskan lahan, dan aneka kompleksitas persoalan harus dihadapi, termasuk
urusannya dengan ‘nyawa’.
Kembali terkait foto diatas, saya kaget ketika mendapati
foto tersebut berseliweran diinternet, coba googling “kemiskinan” atau “kemiskinan
kultural” atau kata kunci “miskin”. memang saya posting pertamakali dalam blog
tanggal 8 April 2010 dengan tautan http://www.rahmatullah.net/2010/04/kemiskinan-kultural-buah-dari.html.
Dalam beberapa artikel bertopik kemiskinan,ada beberapa diantaranya menggunakan
foto tersebut sebagai menguatkan artikel/ tulisan. Memang dunia internet lintas
batas dan bebas, foto milik siapa, digunakan siapapun dan untuk apapun tidak ada yang bisa
membatasi. Hanya hati kecil saya berkata wah foto yang pernah saya bidik sudah
tersebar luas tanpa pernah pamit. Hanya doa terhatur, semoga keluarga ini sudah
berubah, anak-anak dan ibunya minimal berbaju, dengan adanya perkebunan kelapa
sawit terdampak turut sejahtera.***
Semoga Desa Mangkalapi dan warganya lebih maju dan sejahtera.Pak Adung,Pak Syahrani, Pak Syarkawi dan abah juhar serta yang lainnya dalam keadaan sehat wal afiat. Amien.
Saling Bantu ya Pak Agus Rusdianto EHS :)