Ini kisah nyata tentang anak
tetangga yang namanya saya rubah sedikit hehe… Kenapa saya ceritakan, berharap
bisa menginsipirasi anak muda lainnya, agar bisa mengukur diri.
Boleh dibilang orang tua tegar
sukses dalam usaha warungannya, namanya warung di perumahan, tentunya memenuhi
kebutuhan warga sekitar, mulai dari kelontongan hingga sayuran. Memang Warung
orang tua tegar menjadi warung favorit di perumahan kami karena harganya
miring. Berdasarkan indikator sukses sudah Nampak, dimana tahun lalu Ayah tegar
membeli Mobil Avan*a, bangunan warungnya permanen dan luas rumah juga melebihi
satu kapling.
Namun hal menarik senantiasa saya
saksikan, saat saya berangkat shalat subuh ke Mushalla, biasanya ayah tegar
pulang dari pasar dan warungpun sudah buka, terlihat Ibu, tegar dan adiknya
menata sayur dan seluruh barang dagangan. Sedari subuh pembeli juga mulai
berdatangan, bisanya tetangga kalau belanja agak siang hawatir kehabisan
sayuran dan lauk pauk. Namun hal yang saya amati, urusan warung bukanlah urusan
orang tua tegar, melainkan urusan bersama satu keluarga tersebut.
Hal yang menarik saya saksikan,
tegar jauh dari tipikal anak kekinian yang pandai bergaul, hobi kongkow, ngopi-ngopi,
mainin gadget, ngelayap pake kendaraan orang tua, dan aneka ukuran anak modern
lainnya. Boleh dibilang dia anak rumahan,
kegiatan hariannya membantu orang tuanya menunggui warung, karena memang baru
lulus SMA, jadi full seharian diwarung.
Beberapa bulan lalu, saat akan
shalat subuh saya melihat Tegar dan ayahnya menata sayuran diatas sepeda motor,
karena saya terburu-buru hanya sekedar menyapa, dalam pikiran saya, itu mungkin
sedang menata sayuran buat tukang sayur keliling. Namun saya kaget ketika
mendengar cerita tetangga yang saban hari didatangi Ayah Tegar, yang Curhat
menceritakan kelakuan tegar yang ‘tidak kekinian’. Ayahnya merasa heran Kok
tegar gak mau main kaya anak tetangga, maunya di rumah saja bantu-bantu
nungguin warung, disuruh kuliah juga kayak yang kurang semangat, kemarin malah
minta saya bikinin rangka kayu untuk jualan sayur di motor, tegar katanya pengen
jualan sayur keliling. Tetangga bercerita ia merespon takjub dan malah
mendukung usaha tegar. Hanya tetangga mengarahkan agar disamping tegar
berjualan sayur keliling, untuk merespon tuntutan zaman, tegar harus kuliah.
Dan kini Tegar menjadi penjual
sayur keliling yang juga berstatus mahasiswa. Hal yang menjadi catatan adalah
Tegar menjadi Tukang sayur bukan karena himpitan ekonomi, karena orang tuanya
boleh disebut sangat mampu, bukan juga karena paksaan atau suruhan orang tua,
namun karena sesungguhnya Tegar sedang mempersiapkan hidup sesungguhnya. Disaat
anak muda seusianya masih tidur disiang bolong, menghayal, sibuk maen Pokemon
Go, mengintimidasi orang tua agar membelikan gadget, motor atau mobil baru,
atau disaat mahasiswa baru memikirkan hidup sesungguhnya selepas mengenakan
toga.
Inilah Tegar si Anak Kekinian,
yang sudah hidup mandiri.