Ayam kate putih itu Saya dan Aiman menamainya “Udin”, ya
begitu saja tidak ada alasan khusus selain enak diucapkan dan gampang diingat.
Entahah sejak menetas hingga kini mungkin setahun umurnya, perangainya teramat
baik untuk ukuran Ayam.
Mungkin dia tipe ayam pengasuh, tidak garang apalagi
menyakiti ayam-ayam lainnya. Kalau disakiti itulah takdir Si Udin, selalu
diintimidasi dan dikejar-kejar ayam kampung yang posturnya lebih besar. Dan
sampai hari ini Udin tak pernah bilang menyesal jadi ayam kate, karena
posturnya sampai matipun tetaplah kate.
Keberadaan udin betul-betul amat menolong Saya selaku
pemilik ayam, karena setiap anak ayam cukup umur untuk dipisah dengan induknya,
selalu saya titipkan (satu kandangkan) dengan Si Udin, karena selanjutnya udin
yang kemudian menjadi Bapak Asuh.
Subuh tadi, saya teramat bingung, karena baru satu ayam kampung
yang menetas sedari kemarin sore, mungkin kawannya belum mau menetas hari ini,
sebutlah anak ayam ini premature menetas. Jika dibiarkan bersama induknya ikut
mengeram, hawatir anak ayam ini terinjak, kalau gak cacat ya mati.
Akhirnya saya pisahkan bayi ayam itu masuk kandang
dilengkapi permaknanan, namun tetap terdengar suara ciak-ciak butuh mentor cara
makan juga kehangatan. Sambil mandi menjelang ngantor saya masih merenung siapa
yang menemani bayi ayam ini menjadi mentor best
practice agar menjadi ayam sesungguhnya, mengajari makan, minum, ngoreh (naon bahasa indonesiana?) dan aneka aktivitas perayaman.
Baru saat mengenakan pakaian saya teringat Sosok Udin Si Ayam
pengasuh. Saya amat yakin Udin dapat menjalankan tugasnya dengan baik, apalagi
dalam CV nya tidak ada keraguan meng-SK-kan Udin untuk mengasuh bayi ayam.
Memang benar saat Udin saya masukan ke kandang bayi ayam,
berhentilah bayi ayam berciak, dan keluar suara dari paruh udin jenis suara
mengemong selayaknya Ibu ayam, mengajari, makan, minum dan ngoreh. Sampai menjelang pergi ke kantor saya pastikan kondisi bayi
ayam tak dizalimi, benar rupanya Si udin sepenuh hati mengasuh dan kemanapun Udin
bergerak, si Bayi Ayam mengikuti. Hingga menjelang berangkat kantor saya merasa
tenang, karena tak terdengar suara Bayi Ayam terpatok Udin.
Terimakasih Udin, Si Ayam berhati dan bertindak mulia…
Kalaupun tua gak tega memotongmu, jikapun kau mati karena usia semoga kau masuk
surga khusus ayam.