Diberdayakan oleh Blogger.

Surat Dari Aiman


posted by rahmatullah on

No comments



Kemarin pagi sebelum berangkat kantor, dengan nada tinggi saya menegur Aiman “Jangan mendorong Aisyah, kan masih kecil kasihan”. Memang akhir-akhir ini seringkali Aisyah yang baru lancar jalan ‘mengganggu’ atau mengisengi Aiman yang sedang asik bermain. Tetiba apa yang dipegang Aiman direbut Aisyah, legonya dirubuhkan, mobilannya dibanting, hp/ ipad yang sedang dimainkan direbut dan sebagainya yang memancing amarah Aiman. 

Memang kami sedang mentransfer cara agar Aiman merespon pola laku Aisyah dengan cara yang baik, tidak dengan mendorong, membentak atau menghalangi Aisyah, namun butuh proses dan pembiasaan. Aiman sesungguhnya teramat sayang sama adiknya, ibarat macan hanya kalau diganggu sayangnya Aiman sama adiknya jadi lenyap.

Oia balik lagi, rupanya nada tinggi saya menegur Aiman berbekas, sambil salim Aiman agak menangis “Mafin Aiman ya Abi, Aiman gak akan dorong Aisyah lagi”, mungkin juga karena saya sambil mengancam gak akan meminjami Ipad lagi. 

Sesampai dikantor atas hati yang tidak enak karena ‘memarahi’ Aiman, saya telpon istri dan menanyakan Aiman. Istri bilang “kayaknya Aiman nyesel ngedorong Aisyah, itu lagi nulis surat buat Abi, sambil juga nulis nama-nama anggota keluarga besar yang ia sayangi”.  Rupanya setengah hari kemarin Aiman punya proyek menulis, dan tulisannya ia tempel sedemikian rupa di dinding, istri membagikan foto tulisan yang ditempel didinding via WA. Hal yang membuat saya meleleh adalah rupanya ia menulis

“ Aiman Sayang Banget Sama Abi”,
“Abi Pulangnya Jangan Lama-lama Supaya Aiman Bisa Main Sama Abi” dan
“Abi kadang Baik Sama Aiman Kadang Marah Sama Aiman”.


Rupanya begitu mendalam ‘rasa sedih’ Aiman setelah saya marahi. Begitu lembut hati anak ini. Dan sebegitu merasa bersalahnya saya menegur Aiman dengan nada tinggi. 

Aiman memang istimewa begitu juga perilakunya sedang dicopy paste adiknya Aisyah. Dalam umurnya yang 4 tahun Sholat wajibnya sudah tak putus, belajar baca Al-Qurannya sudah menginjak Iqro 4, membaca sudah lancar, semangat ke masjidnya mengalahkan bapaknya, menulis juga lancar walau kendalanya huruf s kebalik jadi z. Semua ‘kabisa’ atas inisatif dia, tidak ada yang memaksa belajar membaca, menulis, yang pasti ia riang bermain melakoni masa kanak-kanaknya.

Maafkan Abi (sebutan Aiman) dan Abah (sebutan Aisyah), masih terus belajar jadi orang tua terbaik… jadilah anak soleh/solehah cageur, bageur, pinter. ***

Leave a Reply

Sketsa