Kemarin pagi sebelum berangkat
kantor, dengan nada tinggi saya menegur Aiman “Jangan mendorong Aisyah, kan
masih kecil kasihan”. Memang akhir-akhir ini seringkali Aisyah yang baru lancar
jalan ‘mengganggu’ atau mengisengi Aiman yang sedang asik bermain. Tetiba apa
yang dipegang Aiman direbut Aisyah, legonya dirubuhkan, mobilannya dibanting, hp/
ipad yang sedang dimainkan direbut dan sebagainya yang memancing amarah Aiman.
Memang kami sedang mentransfer
cara agar Aiman merespon pola laku Aisyah dengan cara yang baik, tidak dengan
mendorong, membentak atau menghalangi Aisyah, namun butuh proses dan
pembiasaan. Aiman sesungguhnya teramat sayang sama adiknya, ibarat macan hanya
kalau diganggu sayangnya Aiman sama adiknya jadi lenyap.
Oia balik lagi, rupanya nada
tinggi saya menegur Aiman berbekas, sambil salim Aiman agak menangis “Mafin Aiman
ya Abi, Aiman gak akan dorong Aisyah lagi”, mungkin juga karena saya sambil
mengancam gak akan meminjami Ipad lagi.
Sesampai dikantor atas hati yang
tidak enak karena ‘memarahi’ Aiman, saya telpon istri dan menanyakan Aiman.
Istri bilang “kayaknya Aiman nyesel ngedorong Aisyah, itu lagi nulis surat buat
Abi, sambil juga nulis nama-nama anggota keluarga besar yang ia sayangi”. Rupanya setengah hari kemarin Aiman punya
proyek menulis, dan tulisannya ia tempel sedemikian rupa di dinding, istri
membagikan foto tulisan yang ditempel didinding via WA. Hal yang membuat saya
meleleh adalah rupanya ia menulis
“ Aiman Sayang Banget Sama Abi”,
“Abi Pulangnya Jangan Lama-lama
Supaya Aiman Bisa Main Sama Abi” dan
“Abi kadang Baik Sama Aiman
Kadang Marah Sama Aiman”.
Rupanya begitu mendalam ‘rasa
sedih’ Aiman setelah saya marahi. Begitu lembut hati anak ini. Dan sebegitu
merasa bersalahnya saya menegur Aiman dengan nada tinggi.
Aiman memang istimewa begitu juga
perilakunya sedang dicopy paste adiknya Aisyah. Dalam umurnya yang 4 tahun
Sholat wajibnya sudah tak putus, belajar baca Al-Qurannya sudah menginjak Iqro
4, membaca sudah lancar, semangat ke masjidnya mengalahkan bapaknya, menulis
juga lancar walau kendalanya huruf s kebalik jadi z. Semua ‘kabisa’ atas
inisatif dia, tidak ada yang memaksa belajar membaca, menulis, yang pasti ia
riang bermain melakoni masa kanak-kanaknya.
Maafkan Abi (sebutan Aiman) dan
Abah (sebutan Aisyah), masih terus belajar jadi orang tua terbaik… jadilah anak
soleh/solehah cageur, bageur, pinter. ***