Saban magrib menjelang isya sembari
menemani ibu makan, biasanya saya berbincang apa saja, beraneka topik entah itu
tentang keluarga, saudara, kehidupan bertetangga, harga-harga kebutuhan pokok, sinetron,
peribadatan, dan lain sebagainya. Hingga satu ketika ibu sempat mengutarakan dalam
obrolan “Sayang ya… anak-anak gak ada yang jadi ulama”, saya sambut “InsyAllah
mah, mudah-mudahan di generasi cucu, cicit, dan seterusnya ada yang jadi ulama”.
Saya hakkul yakin apa yang ibu utarakan adalah doa dari hati terdalam, yang
semoga Allah kabulkan pada anak keturunan selanjutnya.
Wajar sebetulnya ibu punya
harapan demikian, karena dari 8 (delapan) anak, 4 alumni pesantren modern, 2
alumni pesantren salaf (santri kalong). Tak ada satupun yang menjadi ustad
kecil, ustad kampung apalagi menjadi ulama. Semua menekuni pekerjaan pada
umumnya yakni guru, dosen dan pegawai . Dan
saya yakin ibu manapun, dimanapun, dan apapun latarnya pasti mengharapkan
anaknya menjadi ulama sebagai puncak harapan, bukan profesi atau pekerjaan lain.
Obrolan terkait topik tersebut
tidak berhenti pada satu malam, terkadang bersambung pagi sebelum saya bekerja,
atau magrib berikutnya, memang sifat ibu jikalau satu topik belum mendapatkan
tanggapan yang pas, akan dibahas pada seri selanjutnya. Yang saya tangkap dalam
alam pikiran ibu, jikalau ulama, segala tindak tanduknya adalah ibadah, apalagi
senantiasa menyampaikan pesan kebaikan khususnya melalui ceramah, kebaikan
tersebut turut membawa pahala dan kemuliaan bagi orang tua.
Dalam satu kesempatan, saya
mencoba meyakinkan ibu, bahwa setiap pekerjaan adalah ibadah apapun bentuknya (pastinya
pekerjaan yang tidak melanggar aturan agama). Dalam alam pikiran saya bahwa
ibadah itu terbagi kedalam bentuk menjalankan perintah yang wajib, sunah dan menjalankan
peran. Yang saya sebut peran adalah profesi atau pekerjaan yang sebagian besar
waktu kita dihabiskan oleh peran tersebut. Saya sampaikan ke ibu, jikalau anak
ibu menjadi guru/ dosen, justru ibadah terbesarnya adalah menjalankan
kewajibannya sebagai guru/ dosen bagaimana ia mengajar dengan total, tulus
mengabdi dan tidak melanggar peraturan. Jikalau anak ibu menjadi pegawai, maka aktivitasnya
adalah ibadah mulai pergi hingga pulangnya, melayani masyarakat, memberikan
aneka kemudahan, memberikan jalan keluar. Tidak mengambil yang bukan haknya,
tidak korupsi waktu, apalagi memperkaya yang bukan miliknya. Terlebih dalam Hadis Riwayat
Thabrani disebutkan bahwa “Barangsiapa yang di waktu sore merasa capek
(lelah) lantaran pekerjaan kedua tangannya (mencari nafkah) maka di saat itu
diampuni dosa baginya.”
Saya yakinkan ibu, bahwa
anak-anak kini sedang beribadah dengan pekerjaanya, karena menjalankan dengan
totalitas. Terlebih ditengah ibadah yang
menjadi pekerjaannya juga menjalankan perintah wajib dan sunah. Apalagi ada
peran-peran lain yang turut dijalankan, menjadi ibu yang merawat dan membesarkan
anak-anaknya, dan ayah yang menafkahi serta mendidik dan melindungi
anak-anaknya.
Topik itu kini sudah berganti
dengan tema yang lain, saya mengartikan Ibu bisa menerima alam pikiran saya
atau mungkin sama sekali tidak menerima hehe… Pada dasarnya yang ingin saya
kemukakan berdasarkan dialog dengan ibu adalah bahwa pekerjaan
yang sedang kita geluti adalah ibadah dan justru menjadi ibadah terbesar kita.
Menjadi ibu rumah tangga yang merawat dan membesarkan anak dengan total berlandaskan
nilai-nilai Illahiah adalah ibadah, menjalankan perkerjaan apapun apakah itu
nelayan, petani, pedagang, pegawai yang ditengah-tengah aktivitasnya
menjalankan kewajiban dan sunah adalah ibadah. Yang penting ditengah profesi
utamanya tidak melakukan hal yang menyimpang, jika menjadi ibu rumah tangga
tidak menjadikan fitrah membesarkan anak sebagai beban atau anggapan tidak
terpandang dengan status IRT. Jika menjadi pedagang, tidak mengurangi timbangan atau
berbohong terkait barang yang dijualnya. Jika menjadi petani, maka menanam
dengan komposisi pupuk yang aman agar yang dikonsumsi menyehatkan, jika menjadi
pegawai maka melayani dengan total, tidak mengambil yang bukan haknya, tidak
mengurangi waktu apalagi mempersulit klien atau warganya.
Ayo bro, kerja optimal, yakini
aktivitas kita adalah ibadah terbesar kita, nikmati dan jalankan peran sebaik mungkin.***
- sumber gambar : tabungwakaf.com