Karena saya bukan ustad dan sadar diri akan rendahnya ilmu
agama, maka tulisan ini tidak membahas hal ihwal amalan ramadhan. Yang pasti
bulan ramadhan artinya kita berpuasa, secara lahiriah menahan lapar dahaga
dari subuh hingga magrib, secara batiniah menahan segala hawa nafsu.
Kali ini mendingan saya curhat saja ya hehe… Mari simak. Apalah
susahnya menahan lapar dahaga, karena sedari SD hingga kini kita sudah khatam
menahan lapar dan haus, jikalau usia saya 35 Tahun, maka kurang lebih sudah 25
tahun saya tamat menahan lapar doang, tapi sepertinya tidak dengan menahan hawa nafsu,
bisa jadi urusan ini nilainya zonk alias nol besar.
Hal yang saya ingat pada pelajaran Agama saat SD, guru saya
Almarhumah Bu Tatu pernah bercerita, jika setelah Perang Badar, Nabi SAW pernah
berkata “Kita sudah memenangkan peperangan yang paling berat, namun ada perang
yang maha dahsyat, yakni perang melawan hawa nafsu, perang terhadap diri sendiri”
kurang lebih begitu saya memaknainya.
Apalah jadinya Ramdhan kita di tahun politik? Tanpa tahun
politik, menahan nafsu syahwat yang diinisiasi mata dan rasa saja sulitnya bukan main, menahan kantuk dan aneka korupsi waktu dikantor juga rasanya berat.
Bayangkan ditahun politik dengan akses kebebasan berpendapat melalui media
sosial, apakah mungkin bisa menghentikan diri menyampaikan ujaran
kebencian, tidak men-share hoax, tidak asal bunyi dalam berkomentar, tidak membicarakan kekurangan orang lain, tidak berdebat
dengan orang serumah, sekantor, bahkan beradu argumen dengan orang yang baru
kita kenal di kendaraan umum saat ia melontarkan pendapat berbeda.
Ramdhan tahun ini lebih berat jendral… Saya kira amalan saya
pasti babak belur dengan aneka godaan diatas. Mungkin dari definisinya juga
sudah jelas Ramadhan artinya “Panas yang Menyengat”. Kalau sudah panas dan
lapar keadaanya pasti tak terkontrol, disitulah mungkin Allah uji ketahanan manusia.
Jikalau berbicara rasa, ingin rasanya menangis, tapi biarlah
tangisan ini dihati saja hehe…malu kan kalau kelihatan rapuh. Tapi saya
merasakan rapuh sesungguhnya menjangkiti kita umat islam, sebegitu mudah
terbawa arus perpecahan, kebencian, saling menjatuhkan, jauh dari adab dan
akhlak yang diajarkan nabi. Saya katakan penyakit akut kita adalah pengkultusan
dan merasa diri dan golongannya paling benar, padahal kultus menurut
Islam itu haknya Nabi dan merasa benar sendiri berarti kita sudah melampaui Tupoksi Malaikat.
Rasanya tiga bulan lalu kita sudah mengumandangkan doa ini:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَب، وَشَعْبَانَ، وَبَلِّغْنَا
رَمَضَانَ
“Ya
Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban. Dan jumpakanlah kami kepada
bulan Ramadhan.”
Jujur di media sosial saya tidak memajang doa ini, tapi
hanya mengungkapkan dalam hati sambil memulai tidak akan lagi nonton Indonesia
Layers Club (ILC), meng-hidden status teman, saudara dan siapapun dalam FB yang membuat
status kebencian, narsis, kultus dan merasa 'paling…', mengurangi nonton berita online maupun TV yang isinya provokasi. Tujuannya apa, mentraining
diri menahan nafsu. Karena alah bisa karena biasa, jikalau jari sudah tak terkontrol,
berdebat sudah menjadi habit, maka kelak dosa sudah kita anggap biasa. Menang
kalah debat di media sosial atau forum diskusi toh tidak dapat penghargaan apa-apa,
mungkin hanya dapat tanda like dan gemuruh tepuk tangan yang entah Allah ridhai
atau tidak.
Kurang lebih 12 hari lagi Ramdhan tiba, dan saya berdoa semoga benar-benar tiba dan Allah beri kesempatan kita melaksanakan aneka amalan yang penuh dengan 'bonus'. Kebayang jikalau tidak ada ramadhan, kapan kita menutupi amalan yang amburadul pada 11 bulan sebelumnya, sungguh Allah maha baik. Apalah jadinya jikalau kita tidak berubah, tidak mempersiapkan diri dan tidak mentraining menahan varian nafsu dari sekarang.
Kurang lebih 12 hari lagi Ramdhan tiba, dan saya berdoa semoga benar-benar tiba dan Allah beri kesempatan kita melaksanakan aneka amalan yang penuh dengan 'bonus'. Kebayang jikalau tidak ada ramadhan, kapan kita menutupi amalan yang amburadul pada 11 bulan sebelumnya, sungguh Allah maha baik. Apalah jadinya jikalau kita tidak berubah, tidak mempersiapkan diri dan tidak mentraining menahan varian nafsu dari sekarang.
Tabik!*
Gambar : https://www.codepolitan.com/ramadhan-semakin-produktif-sambil-belajar-coding-591465ce37d70