Diberdayakan oleh Blogger.

Mengatur Gawai Aiman


posted by rahmatullah on

No comments


Saya dan istri sempat punya kehawatiran terhadap kedua anak kami terkait penggunaan gawai. Memang kebetulan zaman mereka zaman gawai, lingkarannya, lingkungannya, dan hampir semua aspek pemenuhan kebutuhan melalui gawai. Apa sih hari ini yang tidak terkait dengan gawai?

Ketakutan kami dan kita semua adalah ketergantungan anak terhadap gawai. Memang ada waktu dimana istri bisa menyuapi aisyah dengan tenang, gak usah ngejar-ngejar atau biar makannya lahap ya sambil muterin film atau lagu-lagu di HP, ada kala Aiman beberapa kali bisa berhenti ngambeknya jika dirayu dengan HP. Dan fase ‘berbahaya’ itu kami lalui cukup lama. Walaupun demikian mereka memang tidak pada level ‘ngamuk’ jika diberhentikan dari bermain gawai, paling nangis atau nunjukin wajah kecewa sambil memelas hehe.

Saya dan istri tidak terninabobokan dengan situasi yang sepintas gawai ‘menolong’ karena kami bisa santai membersamai anak, toh mereka anteng dengan HP dan kami juga anteng dengan aktivitas yang lain. Kami anggap kenyamanan ‘semu’ tersebut adalah ancaman, masa hati anak terbagi antara orang tua dan gawai, jangan sampai keberadaan gawai lebih penting dibandingkan keberadaan kami sebagai orang tua. Walaupun memang pada saat itu mereka tidak terpapar HP hanya dalam kondisi anteng kalau sambil bermain HP.

Memang butuh waktu, niat, tekad dan konsistensi untuk mengatur siasat mengambil hati anak-anak dari gawai. Mungkin dua tahun lalu saya dan istri punya komitmen dalam mengatur gawai dan saat ini adalah buahnya. Aiman dan aisyah sekarang mulai cuek dengan gawai, dan mereka dengan sukarela tanpa marah, ataupun protes hanya kami beri akses menggunakan gawai dari habis Shalat subuh hingga jam 06.00. Bahkan jatah itupun seringkali tidak aiman dan aisyah ambil, selepas shalat subuh Aiman lebih senang menggambar atau main mobil-mobilan yang kemudian diikuti Aisyah bermain boneka. 

Beberapa tips pengaturan gawai anak-anak berdasarkan pengalaman kami yang belum tentu cocok bagi yang lain hehe.

  1. Jangan memasang internet berlangganan di rumah. Jika sudah terpasang mau dibatasi sekalipun anak akan sulit, karena merasa ada akses internet 24 jam. Dan kecendrungan kita mengizinkan lebih mudah karena merasa sudah bayar masa gak dipake, apalagi jika ada anggota keluarga lain mengakses dengan alasan macam-macam. Internet kami di rumah hanya data di HP saja yang itupun kuotanya terbatas, jadi menggunakannya eman-eman.
  2. Batasi waktu menggunakan gawai. Sudah dua tahun ini Aiman dan Aisyah kami izinkan bermain HP dan mengakses internet nonton youtube hanya dari selesai shalat subuh hingga jam 06.00 diluar itu tidak kami izinkan. Biasanya Aiman menggunakan Ipad dan Aisyah menggunakan HP ibunya, sumber internet ada di HP saya melalui Tethering. Jika sudah jam 06.00 otomatis data saya matikan.
  3. Pada mulanya mereka protes, terhadap aturan yang ketat tersebut, tapi alah bisa karean biasa, harus jadi raja tega, setelah itu malah Aiman yang kerap menegur saya jika belum mematikan data saat jam 6.00
  4. Sebisa mungkin meneladani. Komitmen dan merubah kebiasaan itu memang sulit apalagi saat harus menanggalkan HP jikalau sudah dirumah, tapi itulah komitmen.Dua tahun lalu saya dan istri berkomitmen untuk tidak menggunakan HP saat di rumah. Boleh menggunakan jika anak sudah tidur, dan jikalau urgen menjauh atau ngumpet dari anak-anak. Pada saat yang sama saya ‘mendoktrin’ anak-anak jikapun kami menggunakan HP itu terkait pekerjaan dan saya tunjukan ke Aiman jika sedang membalas WA kantor dan sebagainya, selain itu di HP saya dan istri tidak ada aplikasi games dan kebetulan kami memang tidak suka games. Saat ini sudah tidak seekstrim dulu, kami bisa bisa menggunakan HP seperlunya dihadapan anak-anak dan mereka tidak protes karena tahu jika yang saya lakukan terkait pekerjaan.
  5. Mendampingi. Ritual kami selepas subuh adalah mendampingi mereka. Istri sibuk didapur sedangkan saya sibuk ngopi sambil memantau apa yang diakses Aiman dan Aisyah saat berselancar. Aiman biasanya menonton film-film animasi atau menekuni hobinya lihat aneka mobil di Youtube, sedangkan Aisyah lihat kartun. Disaat itu kesempatan saya mengedukasi dan melakukan pengkayaan terkait pengetahuan umum misalnya saat Aiman buka youtube mengenai mobil Mercedes Benz saya turut menjelaskan jika kendaraan tersebut diproduksi di negara mana, jenis kendaraannya apa, CCnya berapa dan sebagainya. Karena didampingi Alhamdulillah tercipta internet sehat anak-anak paham do dan do not.
  6. Memberikan Solusi. Saat kami membatasi anak-anak dengan gawai, kami coba rumuskan solusi dalam mengalihkan perhatian mereka. Caranya dengan mendorong hobi dan membuka ketertarikan dengan hal baru.
    Aiman hobi mobil-mobilan maka saya dorong dengan mengeksplorasinya misalnya minta iya menggambar lambang-lambang mobil, jika ada rizki memberikan hadiah koleksi mobilan hotweel dan sebagainya. Aisyah memang masih galau karena baru mau menginjak 3 tahun, iya masih mengimami hobi kakanya mobil-mobilan, namun dia juga senang sekali dengan boneka, saya dan istri mengeksplorasi Aisyah dengan boneka kucing yang kebtulan kesukaannya adalah kucing.
  7. Mengekspolorasi hal baru juga penting, pekan lalu misalnya saya belikan Aiman 18 poster pembelajaran 3 bahasa tentang solat, wudu, aneka kendaraan, binatang dan sebagainya. Membelikan mereka mainan lilin yang bisa dibentuk, membuat pesawat dari kertas, bermain ular tangga, membaca buku, membelikan white board, makan dalam suasana outdoor depan rumah dan sebagainya yang rupanya hal-hal baru memang menyenangkan bagi mereka. Namun kuncinya satu keberhasilan terletak bukan pada instruksi orang tua tapi kita hadir dan bermain sesuai dengan dunia mereka. Percuma jika hanya telunjuk kita yang bekerja memaksa mereka ini itu sedangkan kita tidak turut dalam dunia mereka.

Yuk kita amankan masa depan anak-anak kita dari ancaman bahaya di depan mata. ***

Leave a Reply

Sketsa